Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore melemah seiring sentimen risk-off di pasar karena menunggu hasil rapat bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
"Rupiah diperkirakan berpotensi melemah di tengah sentimen risk-off dipasar, investor sidelined menghindari aset serta mata uang berisiko menjelang pertemuan FOMC (The Federal Open Market Committee) besok," kata Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Risk off adalah kondisi di mana investor lebih cenderung untuk menghindari risiko. Sebaliknya risk on adalah kondisi di mana pelaku pasar memilih untuk mengambil risiko.
The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga dengan tambahan 25 basis poin (bps) pekan ini, dan investor akan mengamati indikasi baru tentang berapa banyak kemungkinan kenaikan suku bunga.
Lukman mengatakan para pedagang dan investor menghindari risiko dan beralih ke aset-aset safe haven dolar AS menjelang pertemuan bank-bank sentral sentral pekan ini terutama rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) AS pada Rabu (1/2) untuk menghindari kejutan pada hasil pertemuan.
FOMC diperkirakan hampir pasti akan menaikkan suku bunga 25 bps, pasar cenderung mengantisipasi pernyataan The Fed yang menyertai keputusan.
"The Fed selama ini masih bersikap hawkish yang apabila pada pertemuan ini masih atau lebih hawkish, maka aset dan mata uang berisiko akan turun tajam," ujarnya.
Pekan ini juga akan menampilkan pertemuan Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa yang akan menunjukkan jalur kebijakan moneter yang kemungkinan akan diambil oleh bank-bank sentral.
Rupiah pada pagi hari dibuka merosot ke posisi Rp15.001 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.980 per dolar AS hingga Rp15.006 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa turun ke posisi Rp14.992 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya RpRp14.979 per dolar AS.