New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) usai pernyataan hawkish Ketua Federal Reserve Jerome Powell.
Powell bersikap hawkish pada Kamis (9/11) dan berkomentar bahwa mereka tidak yakin kebijakan moneter The Fed cukup untuk menekan inflasi dan mengatakan bank sentral tidak akan ragu untuk memperketat kondisi moneter jika diperlukan.
"Kami akan memutuskan secara hati-hati pertemuan demi pertemuan," ujar Powell seraya menambahkan bahwa meski inflasi melambat tapi masih jauh di atas target 2 persen.
Pernyataan Powell mendorong lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih dari 10 basis poin sehingga memperkuat dolar AS, namun beberapa ahli strategi masih bersikeras bahwa The Fed kemungkinan besar sudah selesai menaikkan suku bunga.
“Saya tidak berpikir Powell mengatakan sesuatu yang baru secara signifikan, namun pasar menganggap komentarnya agak 'hawkish', namun menurut saya pasar suku bunga masih agak gelisah setelah lelang sehingga imbal hasil yang lebih tinggi adalah jalan yang paling sedikit resistensinya,” kata ahli strategi FX & Makro UBS Vassili Serebriakov.
"Jalan menuju 2 persen akan penuh tantangan dan The Fed tidak yakin bahwa mereka telah melakukan upaya yang cukup. Namun pada titik ini, komentar Powell hari ini tidak mengubah pandangan kami bahwa The Fed pada dasarnya telah selesai menaikkan suku bunga dan akan menurunkannya pada pertengahan tahun depan,” kata ahli strategi suku bunga Wells Fargo Securities Angelo Manolatos.
Pada akhir perdagangan di New York, euro turun ke 1,0668 dolar AS dari 1,0702. Pound Inggris turun ke 1,2221 dolar AS dari 1,2283 dolar AS.
Sementara itu, dolar AS mencapai 151,3100 yen Jepang, lebih tinggi dari 151,0440 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9035 franc Swiss dari 0,8999 franc Swiss.
Selanjutnya, dolar AS menguat menjadi 1,3812 dolar Kanada dari 1,3800 dolar Kanada dan dolar AS melemah menjadi 10,9132 krona Swedia dari 10,9046 krona Swedia.
Sumber: Xinhua