Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Jumat merosot seiring sentimen risk off (kondisi di mana investor cenderung menghindari risiko) di pasar.
"Rupiah diperkirakan masih akan melemah di tengah sentimen pasar yang risk off dan naiknya imbal obligasi Amerika Serikat (AS)," kata Analis DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Lukman mengatakan sebagai dampak risk off, pelaku pasar melepas aset dan mata uang berisiko. Sementara imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik ke level 3,677 persen dan tenor 2 tahun meningkat ke posisi 4,492 persen.
Di sisi lain, investor menantikan beberapa pernyataan pejabat Bank Sentral AS atau The Fed malam ini, yang diharapkan akan memberikan sinyal pada kebijakan ke depan.
Usai dirilisnya data ketenagakerjaan nonpertanian atau non farm payrolls (NFP) yang kuat, dan antisipasi data inflasi AS pekan depan yang diperkirakan akan naik, investor kembali khawatir apabila The Fed akan kembali agresif menaikkan suku bunga dan mempertahankan tingkat suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Jumat (3/2/2023) bahwa data ketenagakerjaan nonpertanian (NFP) meningkat 517.000 pada Januari, jauh lebih baik dari yang diharapkan 187.000. Tingkat pengangguran turun menjadi 3,4 persen, level yang tidak terlihat sejak Mei 1969.
Sementara, sentimen dari domestik masih positif dengan kehadiran data ekonomi penting dari Indonesia seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 dan kenaikan cadangan devisa.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada 2022 tumbuh 5,31 persen dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2022 juga tumbuh 5,01 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya (yoy) berkat seluruh lapangan usaha yang tumbuh positif.
Sedangkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2023 mencapai 139,4 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2022 sebesar 137,2 miliar dolar AS.
Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp15.050 per dolar AS hingga Rp15.200 per dolar AS.
Pada Kamis (9/2), nilai tukar rupiah ditutup ditutup turun satu poin atau 0,01 persen ke posisi Rp15.097 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.096 per dolar AS.