Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi, masih terus menguat seiring harapan perlambatan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Fed.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu, mengatakan dolar AS terlihat melemah terhadap nilai tukar lainnya sejak akhir pekan lalu.
"Pasar melihat ada harapan bahwa The Fed akan mulai memperlambat laju kenaikan suku bunga acuannya sehingga pelaku pasar mulai mengantisipasi hal tersebut dengan masuk ke aset berisiko dan mendorong pelemahan dolar AS. Rupiah pun ikut menguat dengan sentimen ini," ujar Ariston.
Di sisi lain, lanjut Ariston, kalau melihat pergerakan rupiah relatif tidak besar dan masih berada di dekat level Rp15.700 per dolar AS.
"Ini mengindikasikan tekanan terhadap rupiah masih tinggi. Rupiah masih berpeluang melemah," kata Ariston.
Menurut Ariston, pelaku pasar masih mencermati data-data ekonomi AS ke depan untuk memproyeksikan kebijakan moneter bank sentral AS seperti data inflasi dan data tenaga kerja.
"Dengan masih tingginya inflasi AS yang jadi pertimbangan utama The Fed dalam mengambil kebijakan, pasar masih mewaspadai kebijakan suku bunga tinggi AS," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpotensi menguat ke arah Rp15.650 per dolar AS dengan potensi pelemahan Rp15.720 per dolar AS.
Pada Selasa (8/11) lalu, rupiah ditutup menguat 10 poin atau 0,06 persen ke posisi Rp15.698 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.708 per dolar AS.