Jakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menargetkan untuk merestorasi seluas 1,4 juta hektare lahan gambut yang rusak hingga 2024.
“Namun, hingga 2024 BRGM berupaya untuk merestorasi 1,4 juta hektare di daerah yang diprioritaskan kepada kami,” kata dia.
Dia menjelaskan target lahan yang akan direstorasi ini berdasarkan data total kerusakan gambut pada 2022 di tujuh daerah prioritas, yakni Jambi (114.689 hektare), Kalimantan Selatan (22.261), Kalimantan Tengah (357.378), Kalimantan Barat (134.039), Papua Selatan (33.817), Riau (596.073), dan Sumatera Selatan (179.208).
BRGM mengklasifikasikan kerusakan tersebut dalam empat kategori, yakni rusak ringan (1,1 juta hektare), rusak sedang (222.838), rusak berat (84.662), dan rusak sangat berat (4.104). Total kerusakan seluas 1,4 juta hektare.
“Dari sini pula diluruskan bila sebelumnya disebut 50 persen atau 13 juta hektare gambut rusak itu sebenarnya adalah total luas lahan gambut kita, bukan yang rusak,” kata dia.
Dia mengatakan kebakaran gambut di Indonesia umumnya terjadi pada musim kemarau, ketika kadar air di kawasan itu menjadi rendah.
Selain faktor alam, tim BRGM di lapangan juga menemukan penyebab lahan gambut kering diduga sengaja dibuat oknum masyarakat dan perusahaan pemilik konsesi.
Oleh karena itu, BRGM akan menerapkan model pengendalian air secara terpadu di seluruh kawasan kesatuan hidrologi gambut (KHG) yang tersebar di tujuh daerah prioritas pada tahun depan sehingga upaya pencegahan kebakaran di lahan gambut bisa lebih optimal.
“Penguatan dan pemberdayaan masyarakat juga masuk dalam skema utama untuk mengatasi kerusakan lahan gambut yang penting untuk kelestarian lingkungan kita,” kata dia.