Tashkent (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin memandang Jalur Sutera Uzbekistan dengan Jalur Rempah di Indonesia memiliki keterkaitan satu sama lain, di mana keduanya memiliki riwayat panjang dalam pembangunan peradaban global di masa lalu.
Dia menjelaskan bahwa Uzbekistan memiliki Samarkand, sebagai salah satu kota bersejarah dan tertua di dunia, sekaligus rute perdagangan global terbesar pada masanya.
Kemudian terdapat pula Bukhara, yang selain merupakan tempat kelahiran tokoh besar di dunia Islam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, atau Imam Bukhari, seorang ahli hadis yang terkenal, Bukhara juga merupakan kota kuno yang menjadi jalur transit perdagangan sutera antara Barat dan Timur.
Di sisi lain, kata Wapres, sejarah telah mencatatkan Indonesia sebagai sentra komoditas rempah dalam konstelasi jalur perdagangan dunia di masa silam, atau yang disebut Jalur Rempah.
Kedua jalur tersebut, menurut Wapres, bukan sekadar lintasan komoditas ekonomi, melainkan juga jalur perjumpaan lintas budaya yang majemuk, pertemuan pemeluk agama yang berbeda, serta pertautan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di masa lampau.
"Oleh karena itu, Jalur Sutera dan Jalur Rempah adalah bagian penting dalam pembangunan peradaban global yang pluralistik," jelasnya.
Dewasa ini, kata Wapres, sejarah Jalur Sutera mengalami re-kapitalisasi oleh Republik Rakyat Tiongkok sebagai kebijakan baru perdagangan, investasi, konektivitas dan kemitraan lintas negara yang dikenal dengan Belt and Road Initiative (BRI).
Demikian pula, Indonesia yang terus meneguhkan visi sebagai Poros Maritim Dunia, yakni negara maritim yang berdaulat, maju, mandiri, dan kuat, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi perdamaian global dan regional.
Dalam semangat itu, Indonesia mendorong revitalisasi Jalur Rempah, baik dari aspek komoditas ekonomi, konektivitas lintas pulau, maupun penguatan relasi sosial yang toleran, moderat dan inklusif.
Lebih jauh dia mengatakan saat ini tantangan di tingkat nasional serta global berkembang sangat dinamis.
Berbagai institusi internasional mengemukakan beragam skenario transformasi tatanan universal, di antaranya, perubahan kekuatan ekonomi dunia dari masa ke masa.
Populasi penduduk Asia yang kian meningkat, ditambah dengan transformasi kekuatan ekonomi, telah mengubah negara-negara berkembang di Asia menjadi negara maju, sekaligus pemain ekonomi tidak hanya di lingkup regional, tetapi juga global.
Tidak hanya itu, negara-negara Asia juga memiliki kekayaan budaya yang unik, semangat solidaritas, dan ilmu pengetahuan berbasis kearifan lokal, sebagai modal sosial dari semangat "Abad Asia" atau the Asian Century.
"Kita memahami, Uzbekistan, terus melakukan ikhtiar untuk menjadi kekuatan regional di Asia Tengah. Begitu pula, Indonesia, memperkuat langkah-langkah sebagai kekuatan regional di kawasan Asia-Pasifik," ujarnya.
Atas dasar itu, Wapres meyakini Indonesia dan Uzbekistan memainkan peran strategis di tatanan global dan regional kini dan di masa mendatang, sehingga kerangka penguatan kerja sama kedua negara menjadi semakin relevan.