Jambi (ANTARA) - Dengan berbekal benang, lem, dan jarum sol sepatu inilah yang telah menghidupi dirinya, ia kini tinggal sendirian di kawasan pasar di karenakan telah berpisah dengan istrinya sudah lama dan kini memilih hidup sendirian.
Ia mengerjakan sepatu dan sandal dengan pelan dan berhati-hati karena baginya kerapian yang utama karena ia mengerjakannya dengan teliti dan tidak dengan tergesa-gesa sebab ditakutkan hasil pengerjaan nya tidak rapi dan membuat pelanggan tidak puas sehingga tidak mau kembali ke lapak nya.
Effendi Sopian (67) yang sudah 20 tahun menggeluti profesi ini, memang waktu yang tidak sebentar sehingga membuatnya sudah memiliki banyak sekali pengalaman dan mahir di bidang sol sepatu dan sandal dengan pendapatan sehari bisa mencapai Rp35 ribu hingga Rp100 ribu.
Dia adalah salah satu dari beberapa tukang sol sepatu yang membuka lapak nya yang berada di depan pasar Angso Duo Jambi.
Di tengah banyak orang yang berlomba-lomba untuk memperkaya diri, ada pula orang-orang yang hanya ingin bisa makan dan melanjutkan hidupnya ia hanya ingin bisa makan dan mencukupi kebutuhan nya sehari-hari.
Ia terlihat energik dan ramah kepada orang sekitarnya, sekilas tidak tampak masalah hidup yang dipikulnya. Selain ramah pak Asep pun melayani pelanggan yang ingin memperbaiki sepatu atau sandal nya yang telah mengelupas.
Effendi Sopian yang akrab dipanggil Edi itu membuka lapak nya yang sederhana dan ala kadarnya setiap hari sedari pagi hari datang hingga sore hari tiba, walaupun penghasilan yang ia dapat tidak seberapa tetapi ia tetap mensyukurinya, karena baginya ia hanya ingin melanjutkan hidup.
Ia telah lama membuka lapak sol sepatu di depan pasar Angso Duo Jambi, belasan tahun telah ia jalani dengan pekerjaan ini dengan menyambung hidupnya, ia tidak ada pilihan lain karena hanya inilah yang bisa dilakukan untuk menyambung hidup.
Walaupun tidak menjalani pendidikan yang tinggi, bapak asep memiliki wawasan yang luas, ketika mengobrol dengannya rasa kagum hadir karena dengan keramahannya ia sangat mudah untuk bercengkrama dengan orang lain.
Orang sekitarnya pun merasa nyaman ketika berada di dekat pak dia karena beliau yang ramah, dan mampu mencairkan suasana, jarang sekali tampak raut kesedihan yang tergambar di wajahnya.
"Beliau merupakan orang yang ramah ke semua orang yang berada di sekitar nya, ia pula tidak mudah mengeluh dan selalu tampak riang, meskipun bisa dibilang hidup sederhana tetapi ia enggan untuk meminta-minta" ujar Jhonny (59) seorang tukang ojek yang setiap hari mengantar dan menjemput beliau setiap harinya.
Beliau pun mengatakan memang saya bukan orang yang berkecukupan akan tetapi saya bukan tipikal orang yang suka meminta-minta, lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah, rezeki tak kemana jikalau kita mau bergerak dan bekerja, apapun yang dikerjakan yang penting halal.
Suasana sore di depan pasar kala itu cerah tampak pula beberapa orang yang sedang bersenda gurau dengannya, sembari menunggu pelanggan datang, ia mengisi kekosongannya dengan berbincang-bincang dengan teman-temannya baik itu tukang ojek, teman satu profesi yang membuka usaha yang sama yaitu sol sepatu, dan yang lainnya.
Umar (37) merupakan salah satu teman seprofesi bapak Edi yang membuka lapak sol sepatu di dekatnya, meskipun tidak bersebelahan komunikasi antara mereka tetaplah hangat dan mereka saling berbagi.
Mereka pun saling membantu satu dengan yang lain karena mereka berangkat dari profesi yang sama dengan lapak mereka yang berdekatan, solid itulah kata yang bisa digambarkan dari para tukang sol sepatu yang berada di depan pasar Angso Duo Jambi ini.
Yanti (39) adalah salah satu pelanggan yang mampir ke lapak sol sepatu milik pak Edi ini mengatakan bahwa ia kerap kali mengesol sepatu dan sandal nya ke lapak beliau, ia menambahkan kalau hasil jahitan beliau juga memiliki jahitan yang rapi, selain itu harga yang dipatok juga relatif murah.
"Alas sandal saya telah mengelupas, kalau saya lem sendiri memang bisa rekat kembali akan tetapi alas sandalnya akan mengelupas kembali, daripada mengelupas lagi, lebih baik saya sol saja dan saya memutuskan untuk mengesol sandal saya ke lapak pak Asep,” kata Yanti seorang pelanggan.
Meskipun saat lapaknya sepi, ia memastikan dirinya harus bisa tetap makan, jadi saya atur keuangan saya sebagian untuk disimpan jaga-jaga apabila lapak saya sepi dan tetap bisa makan.
"Saya belum pernah tidak makan karena saya dari muda sudah menekankan diri bahwa saya harus ulet agar bisa tetap makan,” katanya.
Edi menegaskan bahwa keuletan adalah kunci utama agar bisa bertahan hidup hingga sekarang semenjak muda ia telah membawa beban hidup yang cukup berat.
“Untuk menjalani hidup harus dilakukan dengan semangat, meskipun saya sudah tua akan tetapi semangat saya tidak kalah dengan yang muda, terus bersyukur setiap harinya karena saya masih bisa mencukupi kebutuhan setiap harinya dan jangan malas-malasan,” katanya.