Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan masyarakat, spesialis jantung dan pembuluh darah dr Rerdin Julario mengemukakan perbedaan antara gangguan irama jantung atau aritmia dan perasaan berdebar-debar karena mengalami suatu hal yang menegangkan.
Sedangkan jika jantung berdebar-debar saat tidak melakukan aktivitas berat, ungkap Rerdin, maka masyarakat harus mewaspadainya karena hal tersebut merupakan gejala dari aritmia.
Selain itu, dia juga mengimbau agar masyarakat mewaspadai detak jantung yang lambat pada saat melakukan aktivitas fisik yang berat.
"Itu dua hal yang harus dibedakan. Saat berdebar-debar karena deg-degan, atau saat aktif, itu yang harus kita bedakan," katanya.
Rerdin menyebutkan detak jantung normal seseorang berada pada angka 60 hingga 100 detak per menit. Angka tersebut dapat diukur melalui pengukur detak jantung yang terdapat pada jam pintar yang sekarang sudah semakin mudah dan murah untuk diperoleh.
Jika seseorang mengalami gejala aritmia, kata Rerdin, maka hendaklah seseorang tersebut melakukan pemeriksaan menggunakan elektrokardiograf, atau alat rekam jantung untuk menentukan apakah gejala yang dialaminya merupakan aritmia atau bukan.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Makhyan Jibril Al Farabi mengimbau masyarakat untuk mengenali risiko penyakit jantung melalui gerakan Meraba Nadi Sendiri atau MeNaRi untuk dapat mengenali kerja jantung masing-masing.
"Supaya kita bisa aware dengan meraba denyut nadi menggunakan jari sendiri, kira-kira detak jantung normal berada pada 60-100 denyut per menit," katanya.
Guna mengurangi risiko aritmia, Jibril mengimbau kepada masyarakat untuk memperhatikan kesehatan jantung dan selalu hidup sehat dengan rajin melakukan aktivitas fisik, memakan makanan sehat, serta beristirahat dengan cukup.