Jakarta (ANTARA) - Indonesia Indicator (I2) menyebutkan tiga kandidat saling berebut atensi warganet di media sosial selama debat perdana calon presiden Pemilu 2024 yang digelar KPU RI, Selasa (12/12).
Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis, mengatakan interaksi perbincangan warganet terkait debat capres terakumulasi dalam 55.712 post dari 33.608 akun.
Menurut dia, sekitar 78 persen warganet laki-laki mengisi perbincangan, sementara 22 persen sisanya ditanggapi warganet perempuan.
Warganet laki-laki lebih intens membahas serangan capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo kepada capres nomor urut 2 Prabowo Subianto terkait isu pelanggaran Mahkamah Konstitusi (MK).
Hal itu dianggap sebagai sebuah tembakan yang tepat. Sementara di kalangan warganet perempuan pembahasan berkisar seputar dukungan kepada masing-masing paslon, termasuk suasana debat yang dinilai menarik dan seru.
"Warganet laki-laki banyak membahas pertanyaan Anies dan Ganjar kepada Prabowo dalam isu pelanggaran MK, sementara netizen perempuan menilai debat pertama menarik dan seru," kata Rustika.
Rustika menjelaskan warganet milenial (22-40 tahun) dan generasi X (41-55 tahun) lebih banyak memberikan respons. Milenial mencapai 65 persen, generasi X 27 persen dan gen Z (18-21 tahun) 5 persen.
Sorotan warganet milenial dan generasi X relatif mengarah pada isi pesan yang disampaikan masing-masing paslon serta narasi saling serang antarpaslon. Sementara gen Z cenderung lebih menyoroti ekspresi bagaimana setiap paslon merespons pertanyaan serta memberikan skor kepada masing-masing paslon versi mereka.
"Generasi Milenial dan gen Z paling aktif dalam perbincangan. Sebagian memberikan skor kepada performa capres," ujar Rustika.
Dilihat dari exposure perbincangan ketiga pasangan calon, exposure tertinggi diduduki oleh Anies Baswedan dengan 83.934 post. Diikuti Prabowo Subianto dengan 76.456 post dan Ganjar Pranowo dengan 42.849 post.
Meski Anies berada di posisi teratas secara exposure, engagement tertinggi justru diperoleh Prabowo Subianto dengan 1.513.791. Exposure maupun engagement Anies dan Prabowo yang bersaing ketat dipengaruhi oleh saling sanggah antarkeduanya yang memicu war dari netizen pendukung masing-masing paslon selama debat berlangsung.
"Ekspos dan engagement Anies dan Prabowo bersaing ketat. Keduanya lebih tinggi dibanding Ganjar. Itu dipengaruhi saling sanggah antara Anies dan Prabowo yang memicu war netizen," kata Rustika.
Sentimen positif-negatif
Dari sisi analisis sentimen perbincangan, sentimen positif paling besar didulang oleh Ganjar Pranowo dengan 52 persen, selanjutnya Anies Baswedan 41 persen dan Prabowo Subianto 35 persen.
Sementara sentimen negatif paling besar terlihat pada unggahan netizen terhadap Prabowo Subianto sebanyak 41 persen, Anies Baswedan 33 persen dan Ganjar Pranowo 23 persen.
"Kecilnya sentimen positif Prabowo dipengaruhi oleh tingginya sentimen negatif Prabowo dengan 41 persen karena netizen tidak memperoleh jawaban pasti bahkan cenderung menghindar dari pada pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tendensius kepadanya. Ganjar disebut lebih tenang, pintar menempatkan posisi dan tidak terpancing untuk masuk dalam pernyataan saling serang antara Prabowo dan Anies," katanya.
Sentimen positif tertinggi yang diperoleh Ganjar Pranowo juga sejalan dengan emotion trust yang juga tinggi sebesar 62 persen.
Hal itu dipengaruhi oleh visi misi Ganjar yang dinilai lebih relevan dengan permasalahan yang ada saat ini. Sementara emotion lainnya yang juga menonjol pada perbincangan tentang Ganjar yakni terkait anticipation sebesar 16 persen, di mana warganet sangat menantikan Ganjar pada debat selanjutnya karena debat kali ini Ganjar dinilai sangat baik.
Berbanding terbalik dengan Ganjar, Prabowo mendapatkan emosi trust terkecil dengan 39 persen dan emosi disgust terbesar dengan 25 persen.
Hal itu sejalan dengan sentimen negatif yang juga besar. Emotion trust yang muncul kepada Prabowo karena gagasannya dinilai spesifik dan sesuai dengan fakta di lapangan. Sementara emotion disgust yang besar karena Prabowo dinilai mudah tersulut emosi dan diklaim tidak tahan menjadi oposisi.
Emotion yang melekat pada Anies Baswedan, yakni trust 46 persen dan disgust 21 persen. Emotion trust dimaknai sebagai apresiasi netizen atas keberanian Anies mengumpan pertanyaan-pertanyaan tendensius kepada Prabowo, sedangkan emotion disgust diartikan Anies yang pintar bermain kata namun minim aksi.
Indonesia Indicator merupakan perusahaan intelijen media yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI).
Data yang dihimpun berasal dari perbincangan netizen pada lima platform media sosial (Twitter, Facebook, Instagram, Tiktok, Youtube). Data dianalisis secara realtime dengan menggunakan sistem Intelligence Socio Analytics (ISA).