Jambi (ANTARA) - Sejumlah petani sawit di Provinsi Jambi menggunakan bibit kelapa sawit ‘topaz’ yang merupakan hasil riset yang dilakukan perusahaan perkebunan Asian Agri.
Ketua KUD Bina Usaha Tonggor Hutabarat yang berlokasi di Desa Cinta Damai, Kecamatan Merlung, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Jambi, Selasa mengatakan setelah kami menggunakan bibit topaz, pohon kelapa sawit kami telah berbuah pada bulan ke-28 atau lebih cepat sekitar dua tahun jika dibandingkan menggunakan bibit hasil pemuliaan sendiri oleh petani.
Petani dibawah naungan KUD Bina Usaha yang sudah bermitra dengan perusahaan perkebunan sawit Asian Agri (AA) sejak tahun 1990-an itu dengan bentuk kemitraan plasma.
Selama bermitra dengan AA, ia mengatakan petani mendapatkan pendampingan dari tim kemitraan perusahaan dan juga mendapatkan beragam pelatihan/training untuk penguatan kelompok.
Kegiatan pelatihan ini penting untuk mendongkrak produktivitas karena sebagian tanaman kelapa sawit dari sisi usia terbilang sudah tua dan produksinya sudah jauh menurun.
“Kami sudah memasuki masa replanting untuk generasi kedua yang membutuhkan pendampingan teknis dan pengelolaan kebun berkelanjutan," kata dia.
Pada 2021, sebagian petani kelapa sawit yang memiliki lahan seluas sekitar 400 Hektare kembali melakukan replanting bersama Asian Agri dengan menggunakan bibit sawit topaz.
Sementara itu Nuryanto yang merupakan salah satu petani swadaya Asian Agri dari Desa Bulian Jaya, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kabupaten Batanghari, Jambi, mengakui bahwa dirinya sudah merasakan manfaat dari pemakaian bibit Topaz.
Ia yang mulai menjadi pekebun sawit pada 2017 sempat menggunakan bibit "abal-abal" sehingga mengalami kerugian akibat produktivitas yang dihasilkan dibawah rata-rata.
"Kalo uang bisa dicari tapi waktu yang terbuang itu tidak tergantikan. Berdasarkan pengalaman itu saya tidak mau lagi pakai bibit sembarangan,” katanya.
Ia merasa beruntung pada awal 2019 bertemu Tim Kemitraan Asian Agri yang mengajaknya menjadi mitra swadaya. Kemudian ia diajarkan cara melakukan budidaya sawit dengan baik dan ramah lingkungan.
“Saat itulah kami dikenalkan dengan bibit unggul Topaz,” kata Nuryanto.
Ia memiliki luas lahan yang ditanami bibit Topaz seluas 20 ha dimana 10 hektar atau setengah dari lahan tersebut sudah berstatus TM sementara sisanya belum.
Nuryanto menuturkan bahwa penggunaan bibit sawit unggul Topaz dan pendampingan tim kemitraan Asian Agri membuat hasil panennya lebih baik, dimana pada panen perdana di usia tiga tahun, kebun itu sudah berbuah dan berat rata-rata TBS yang dihasilkan lebih besar.
Dari waktu dua tahun tanam (2019-2020), dari luasan 6 Ha, saat ini dapat mencapai produksi rata-rata 2 ton/Ha/bulan dan yang tertinggi pernah mencapai 3 ton/Ha/bulan. kata Nuryanto.
“Tidak ragu lagi saya mengimbau rekan-rekan petani lainnya untuk tidak ragu menggunakan bibit sawit unggul Topaz ketika kebunnya sudah memasuki usia replanting dan saya percayanya sama bibit sawit unggul Topaz, Alhamdulillah, sejak menggunakan bibit sawit unggul Topaz, hasil kebun berlimpah dan ekonomi keluarga juga meningkat.” katanya.
Manager SSL Asian Agri Wilayah Jambi, Liharman Purba mengatakan Asian Agri mendukung industri kelapa sawit melalui pengembangan bibit kelapa sawit unggul Topaz yang sudah teruji dan terbukti, karena merupakan hasil dari riset dan pengembangan puluhan tahun.
Topaz adalah bibit sawit unggul yang teruji dan terbukti dapat meningkatkan produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) dan juga tahan terhadap penyakit ganoderma.
“Topaz adalah bibit sawit unggul hasil penelitian intensif selama puluhan tahun di Oil Palm Research Station (OPRS) Asian Agri dimana sejak 1992, kami telah menyeleksi dan juga terus menyilangkan indukan Dura dan Pisifera terpilih dari Costa Rica (gen-1),” katanya.
Pada 1996-1998, bibit Topaz memulai penanaman indukan Dura dan Pisifera terpilih di kebun benih Topaz, diikuti dengan uji persilangan generasi satu DxPnya.
Prestasi ini mengantarkan bibit Topaz berhasil memperoleh izin pelepasan Varietas Topaz 1, 2, 3, dan 4 pada 16 Januari 2004, sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Komitmen Asian Agri untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggan terus berlanjut dimana dengan pengujian persilangan generasi dua yang intensif, saat ini Topaz hanya memproduksi persilangan-persilangan yang teruji dan terbukti memiliki potensi produksi 24 ton TBS/Ha pada TM (Tanaman Menghasilkan)1 dan rata-rata 38 Ton TBS/Ha pada TM3 sampai dengan TM6 dengan potensi OER (Oil Extraction Rate) 29 persen.
Bibit unggul Topaz tidak hanya unggul dalam hal kuantitas produksi, tetapi juga tahan terhadap penyakit Ganoderma. Ketahanan ini dibuktikan dengan diperolehnya izin pelepasan Varietas Topaz GT oleh OPRS Topaz pada tanggal 1 Februari 2019 sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia.
“Topaz adalah bibit sawit yang sudah teruji dan terbukti oleh karena itu, bibit ini sudah seyogyanya menjadi andalan para petani kelapa sawit,” kata Liharman Purba.