Jakarta (ANTARA) - Hari Pengungsi Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 20 Juni. Peringatan ini diinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2000 untuk meningkatkan kesadaran tentang situasi pengungsi di seluruh dunia.
Tanggal ini dipilih bertepatan dengan peringatan Hari Pengungsi Afrika, menunjukkan solidaritas global terhadap mereka yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat konflik, kekerasan, atau penganiayaan.
Menurut data terbaru dari Komisariat Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), terdapat lebih dari 82 juta orang yang mengungsi secara paksa di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 26 juta adalah pengungsi yang melintasi perbatasan internasional, sementara sisanya adalah pengungsi internal yang tetap berada di dalam negara mereka namun terpaksa meninggalkan rumah mereka. Angka ini mencerminkan meningkatnya frekuensi konflik bersenjata dan bencana alam yang diperparah oleh perubahan iklim.
Krisis pengungsi tidak hanya melibatkan aspek kemanusiaan tetapi juga berdampak signifikan pada keamanan dan stabilitas global. Banyak negara yang menerima arus pengungsi dalam jumlah besar mengalami tekanan sosial dan ekonomi yang berat.
Beberapa negara seperti Turki, Pakistan, dan Uganda menjadi tuan rumah bagi jutaan pengungsi dan memerlukan dukungan internasional untuk menangani tantangan yang mereka hadapi.
Di Indonesia, perhatian terhadap isu pengungsi juga semakin meningkat. Menurut data dari UNHCR, pada akhir tahun 2020, terdapat sekitar 14.000 pengungsi dan pencari suaka yang terdaftar di Indonesia. Mereka berasal dari berbagai negara, terutama Afghanistan, Somalia, dan Myanmar.
Meskipun Indonesia tidak mengambil bagian pada Konvensi Pengungsi 1951, Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen untuk menangani masalah ini melalui berbagai kebijakan dan program.
Langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah Indonesia mencakup kerja sama dengan organisasi internasional dan lembaga non-pemerintah untuk menyediakan bantuan kemanusiaan.
Masyarakat sipil di Indonesia juga memainkan peran penting dalam mendukung pengungsi. Banyak organisasi non-pemerintah yang aktif dalam memberikan bantuan langsung, pendidikan, dan layanan kesehatan bagi para pengungsi.
Selain itu, kampanye kesadaran publik melalui media sosial dan berbagai acara juga membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang situasi pengungsi dan pentingnya solidaritas.
Edukasi menjadi salah satu kunci dalam meningkatkan kesadaran tentang isu pengungsi, di mana sekolah-sekolah dan universitas di Indonesia semakin banyak yang memasukkan materi tentang hak asasi manusia dan situasi pengungsi.