Jambi (ANTARA) - Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan melalui Fuel Terminal (FT) Jambi memperkuat peran Posyandu dalam penanganan stunting di Kota Jambi.
Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Sumbagsel Tjahyo Nikho Indrawan dalam keterangan tertulis di Jambi, Ahad, mengatakan Pertamina berkontribusi dalam pengembangan Posyandu di Kota Jambi, dengan menyediakan bantuan alat kesehatan serta mengadakan aksi penanaman pohon dan tanaman obat.
Kolaborasi ini bukti kepedulian bersama untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mendukung tumbuh kembang anak-anak di komunitas tersebut.
Nicko menjelaskan Pertamina mengajak masyarakat untuk praktik memasak puding daun kelor dan nugget mi daun kelor dan membagikan hasil olahan kepada para ibu dan balita yang hadir dalam bentuk paket makanan tambahan.
“Pertamina berkomitmen untuk terus mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Mendukung SDGs poin nomor dua yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan meningkatkan pertanian yang berkelanjutan,” kata Nikho.
Program ini dilaksanakan dengan tiga kegiatan utama, yaitu sosialisasi tentang pemenuhan kebutuhan gizi anak, pelatihan memasak menu dapur yang sehat, praktis, dan ekonomis, serta pembagian makanan tambahan kepada para peserta, yaitu ibu-ibu yang memiliki balita.
Peserta juga mendapatkan pelatihan memasak menu bergizi berbahan dasar daun kelor yang kaya akan kandungan vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, dan fosfor, yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal pada anak-anak. Vitamin A dari daun kelor memiliki peran esensial dalam menjaga kesehatan mata, kulit, dan sistem kekebalan tubuh.
Kepala Puskesmas Tanjung Pinang Aulia Satria menekankan pentingnya fase seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) bagi anak-anak serta urgensi bagi kita untuk memastikan kecukupan gizi mereka.
Asupan gizi harus diperhatikan mulai dari calon pengantin, calon ibu, janin, hingga anak-anak. Kekurangan gizi selama periode ini berpotensi menyebabkan stunting.
“1000 HPK merupakan masa awal kehidupan saat terbentuk janin di dalam kandungan (270 hari) hingga dua tahun pertama kehidupan (730 hari) yang biasa disebut dengan golden period. Masa 1000 HPK sangat penting karena pada masa itu kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat dan riskan sehingga berdampak terhadap kualitas dan kesehatan generasi pada masa yang akan datang,” kata Aulia.
Aulia menambahkan daun kelor dipilih sebagai bahan dasar makanan dalam pelatihan menu dapur sehat karena mudah ditemukan yang memungkinkan keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah tetap bisa memenuhi kebutuhan gizi anak-anak mereka.
“Meskipun kita sering menjumpai tanaman ini di semak-semak atau pekarangan, perlu diketahui banyak sekali manfaat daun kelor khususnya untuk anak-anak karena memiliki kandungan vitamin A empat kali lebih banyak dari wortel dan kandungan kalsium empat kali lebih tinggi dari susu,” katanya Aulia.
SPV I HSSE & Fleet Safety MEkki Hadian menegaskan Pertamina berkomitmen untuk mendukung program pemerintah dalam pencegahan stunting dengan menyediakan dukungan sosialisasi tentang pemenuhan kebutuhan gizi anak.
Pertamina berupaya dalam membantu program pemerintah yaitu cegah stunting dengan memberikan dukungan sosialisasi mengenai pemenuhan kebutuhan gizi anak yang langsung akan disampaikan oleh Kepala Puskesmas Tanjung Pinang untuk membantu para kader menjelaskan demonstrasi menu dapur sehat berbahan dasar daun kelor.