Pekanbaru (ANTARA Jambi) - Populasi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Riau dalam kondisi yang kritis menyusul tingginya angka kematian hewan dilindungi tersebut.
Lembaga konservasi dunia (IUCN) menaikkan status keterancaman gajah sumatera dari "genting" menjadi "kritis" atau hanya selangkah punah di alam," ujar Humas WWF Riau Syamsidar di Pekanbaru.
Ini merupakah status terburuk dibandingkan sub spesies gajah yang lain, baik yang hidup di Asia maupun benua Afrika.
Dalam enam bulan terakhir terdapat sembilan ekor gajah yang mati di Riau, tujuh ekor di antaranya mati di lokasi hutan Tesso Nilo, baik yang berlokasi di dalam maupun di luar hutan konservasi itu.
Jumlah tersebut meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya yang hanya bejumlah dua ekor dan kesemuanya disebabkan konflik antara manusia versus gajah akibat perburuan.
Dari tahun 2004 hingga Juni 2012, WWF mencatat sedikitnya 90 ekor gajah sumatera ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dan hanya dua ekor pada tahun 2005 yang ditangani hingga meja pengadilan.
"Itu pun banyak pasal berlapis yang kenakan pada pelaku seperti membawa senjata api, kemudian menyerang petugas. Bukan karena perburuan gajah seperti yang dilakukan oleh pelaku," katanya.
Saat ini jumlah gajah sumatera di alam diperkirakan tidak lebih dari 2.400 ekor sampai 2.800 ekor saja, atau turun 50 persen dari populasi sebelumnya yaitu 3.000 sampai 5.000 individu pada tahun 2007.
Hilangnya habitat akibat alih fungsi hutan dan perburuan merupakan penyebab utama penurunan populasi gajah.
Kematian tujuh gajah secara beruntun di blok hutan Tesso Nilo sedang diselidiki oleh Balai Taman Nasional Tesso Nilo, BBKSDA Riau dan pihak kepolisian.(M046)