Manado (ANTARA Jambi) - Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo Freddy H Tulung mengatakan, media televisi Indonesia belum optimal dalam menjalankan fungsinya sebagai edukasi publik, walaupun perusahaan menggunakan siarannya di ruang publik.
"Berdasarkan UU, fungsi media massa yakni sebagai informasi, kontrol sosial hiburan dan edukasi dan melihat faktanya, porsi konten media TV lebih kuat menjalankan fungsi hiburan dan informasi, TV berita lebih kuat menjalankan fungsi informasi dan kontrol sosial, tapi fungsi edukasinya masih belum optimal," kata Freddy di sela-sela acara pembukaan Asia Media Summit ke-10 di Manado, Rabu.
Berdasarkan hasil survei, lanjut alumnus FISIP UI itu, tayangan TV tertinggi umumnya merupakan tayangan yang kontennya kekerasan, seks dan mistik.
Hasil survei juga menunjukan bahwa sebagian besar penonton TV adalah anak-anak. Umumnya mereka berusia 3-15 tahun.
Sementara itu, Balita dan remaja yang usianya 3-15 tahun rata-rata menonton TV itu antara 4 hingga 4,5 jam per hari. Mereka melihat TV pada saat yang bagus (premier time) yang isinya umumnya mengenai kekerasan, seks dan mistik.
"Anak-anak kita sekarang ini sering nonton tayangan infotainment yang banyak memberitakan kasus kawin cerai artis dan selebritis. Ini merupakan tayangan yang kurang baik bagi generasi muda karena nantinya menganggap kawin cerai adalah soal biasa," kata Dirjen yang asalnya dari Sulawesi Utara itu.
Oleh karena itu, Ditjen IKP bekerja sama dengan Dewan Pers dan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) melakukan media literasi yakni edukasi kepada masyarakat dan penonton untuk melakukan pemilihan terhadap TV dan tayangannya yang cocok bagi generasi muda.
Sebelumnya, Dirjen Freddy di Kampus Universitas Sam Ratulangi juga melakukan kampanye agar kampus kebanggaan masyarakat Sulawesi Utara menjadi garda terdepan dalam produksi tayangan berkualitas dan memberikan inspirasi serta berisi kearifan budaya lokal.(Ant)