Jambi (ANTARA Jambi) - Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim selama dua hari Sabtu-Minggu (9-10/8) mengunjungi pelaksanaan pendidikan dan proses belajar mengajar warga Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Diabelas Jambi.
Orang Rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) yang mendapat kunjungan Wamewndikbud merupakan binaan KKI Warsi yang berlokasi di wilayah Terap di sisi timur Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD).
Kedatangan Wamendikbud ingin melihat secara langsung kehidupan Orang Rimba, terutama di segi pendidikan. Musliar tiba di pemukiman Orang Rimba sekitar pukul 23.00 WIB Sabtu malam dan menginap di pondok Warsi.
Muasliar Kasim bersama rombongan selama di hutan melihat sokola (sekolah) Rimba yang didirikan Warsi memberikan materi tata cara mengajar dan belajar.
Anak-anak warga SAD terlihat rileks menghadapi orang-orang yang baru mereka kenal. Dengan pengalaman pengetahuan yang selama ini diajarkan staf-staf Warsi, anak-anak Rimba tersebut terlihat bahagia.
Selama proses pemberian materi dan mengetahui kemampuan baca tulis anak-anak Rimba, Wamendikbud juga mengajarkan anak-anak Rimba untuk berkenalan dengan orang-orang yang baru mereka kenal.
Dengan sedikit malu-malu, anak-anak Rimba terlihat menirukan apa yang diarahkan Wamendikbud dan Musliar pun tersenyum saat anak-anak Rimba bisa menirukan kata-katanya.
Ketika dikonfirmasi di tempat belajar anak Rimba, Musliar Kasim menyatakan dukungannya terhadap pendidikan alternatif yang dilakukan Warsi di komunitas Orang Rimba selama ini.
Program ini seiring dengan program pemerintah pusat untuk memberikan kesempatan pada anak-anak SAD untuk mendapatkan pendidikan dan ia juga meresa senang bisa menjadi guru kilat bagi anak-anak Rimba.
"Program kita sudah ada. Hanya saja karena masyarakat kita luas maka belum terjangkau oleh pemerintah. Makanya, kita mulai sekarang kerja sama dengan pemda mendata anak-anak seperti ini. Kalau WARSI sudah punya kegiatan seperti ini, kita melanjutkan," katanya.
Ia juga berupaya memfasilitasi anak-anak Rimba untuk bisa melanjutkan ke sekolah formal, sebab sebagai warga negara, mereka juga mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan.
Memberikan pendidikan kepada anak Rimba bukanlah persoalan mudah, dibutuhkan dedikasi dan semangat tinggi untuk bisa melakukan hal itu sehingga guru-guru dari sekolah formal belum tentu bisa melakukan program pendidikan seperti yang selama dilakukan Warsi.
"Kita mengucapkan terima kasih pada KKI Warsi dengan dedikasinya yang tinggi untuk membuat anak-anak seperti ini. Ini bukan pekerjaan yang mudah. Tadi anak-anak Rimba sudah bisa membaca, menulis. Saya yakin dan percaya untuk membuat bisa seperti itu tidak bisa dilakukan dalam dua tahun. Ini keberhasilan luar biasa yang sudah dicapai Warsi," katanya.
Pihaknya sangat mendukung upaya pemberian pendidikan alternatif yang dilakukan Warsi, karena saat ini sudah banyak anak-anak Rimba yang memiliki cita-cita yang selama ini belum terpikir.
Artinya mereka sudah bisa membangun mimpi, tinggal bagaimana mewujudkan mimpi tersebut melalui pemberian pendidikan yang lebih baik. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan kemudahan bagi mereka untuk bisa mendapatkan pendidikan jika ada yang mau melanjutkan ke sekolah-sekolah formal.
"Kami dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah bicara dengan Pemprov Jambi dan Kepala Dinas Pendidikan untuk melajutkan ini. Mereka kalau sudah ada yang bisa masuk ke pendidikan formal kita fasilitasi," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Wamendikbud memberikan bantuan operasional layanan pendidikan khusus untuk anak Rimba sebesar Rp75 juta, yang diserahkan secara simbolis.
Bantuan tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak Rimba, mulai dari pemberlian buku hingga pakaian sekolah.
"Bantuan ini bukan diberikan pada bapak-bapak, tapi untuk biaya dan kebutuhan sekolah anak-anak," katanya.
Ia menambahkan, ke depan pihaknya juga akan menyediakan guru dari sekolah-sekolah formal untuk mengajar anak-anak Rimba, baik guru yang sudah PNS maupun yang belum jadi PNS.
"Ini sebenarnya adalah talenta Warsi. Kita lanjutkan. Bisa kita terjunkan guru dari sekolah terdekat untuk mengajar ke sini. Guru ini disamping menerima gaji PNS kita berikan insentif tunjangan khusus. Dari pusat ada dari daerah juga ada," ujar Musliar Kasim.
Koordinator Project KKI Warsi Robert Aritonang di hadapan Wamendikbud memaparkan, Warsi sudah melakukan kegiatan pendidikan untuk Orang Rimba sejak tahun 1998.
Pihaknya fokus memberantas buta aksara, agar orang dalam melakukan transaksi tidak mudah ditipu.
"Hingga saat ini, sebanyak 432 anak Orang Rimba atau SAD tidak lagi buta aksara, mereka sudah bisa menulis, membaca dan menghitung. Sementara memang untuk kehidupan sehari-hari," katanya.
Sementara itu Direktur Eksekutif KKI Warsi Diki Kurniawan mengatakan, mengudang Wamendikbud ke kominitas Orang Rimba bertujuan untuk mendorong keterlibatan para pihak khusunya pemerintah daerah, dalam penyelenggaraan pendidikan yang bisa diterima dan layak untuk anak Rimba.
"Kita sangat mengharapkan metode yang sudah kita kembangkan mampu diaplikasikan di tempat lain, khususnya masyarakat adat yang kondisinya hampir sama dengan kelompok-kelompok Orang Rimba," ujarnya.
Tidak hanya di Jambi, komunitas Orang Rimba perjuangan kemerdekaan ini juga dilakukan oleh NGO lain seperti Yayasan Citra Mandiri Mentawai yang mengembangkan pendidikan alternatif komunitas adat Mentawai serta yayasan Merah Putih di Sulawesi Tengah yang mengembangkan pendidikan alternatif untuk komunitas adat TauTaaWana.
Dengan pendidikan yang baik dan merata di kelompok masyarakat adat, diharapkan akan menjadikan generasi ke depan komunitas ini berdaya saing dan mampu hidup layak sesuai dengan adat, budaya dan keinginan mereka.(Ant)