Kabut asap pekat terutama menyelimuti wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, dan Kalimantan Selatan. Kabut asap juga menyebar ke sejumlah daerah di sekitar enam provinsi tersebut.
Di Sumatera, kabut asap menyelimuti 80 persen wilayahnya. Paling tidak sebanyak 25,6 juta jiwa terpapar asap, yaitu 22,6 juta jiwa di Sumatera dan 3 juta jiwa di Kalimantan. Bencana kabut asap ini memicu keprihatinan beberapa pihak bahkan kabut asap tersebut berdampak sampai negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura.
Bahkan dampak kabut asap ini menyebabkan beberapa Bandara Udara khususnya beberapa wilayah Sumatera ditutup karena aktifitasnya terganggu kabut asap.
Menkes Nila F. Moeloek menyatakan keprihatinan atas kejadian kabut asap di sejumlah wilayah tersebut. Untuk mengurangi risiko terkena dampak asap, Menteri Kesehatan mengimbau masyarakat yang daerahnya terkena dampak kabut asap agar tidak keluar rumah bila tidak perlu; selalu pakai masker; cukup minum dan konsumsi buah; dan segera berobat jika sakit.
"Penyediaan masker juga akan ditambah lagi hari ini ke kawasan yang terkena kabut asap. Kami mengirim kembali masker, obat-abatan dan tenaga tambahan serta tenaga medis. Dengan truk kita kirimkan ke sana," kata Ketika melepas tenaga kesehatan yang ditugaskan untuk membantu korban akibat asap di Provinsi Riau, 18/9 di halaman kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta.
Selain itu, Menkes menambahkan bahwa pihaknya pun sudah melakukan koordinasi dengan dinas-dinas kesehatan untuk menerjunkan tenaga medis guna mengobati warga yang terkena dampak kabut asap, baik di wilayah Sumatera, Kalimantan.
Pekatnya kabut asap di daerah sekitar Sumatera dan Kalimantan turut mempengaruhi jumlah penderita kesehatan khususnya penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Untuk menangani penderita ISPA, Pemerintah Propinsi di wilayah Sumatera dan Kalimantan memerintahkan rumah sakit (RS) dan puskesmas untuk siaga 24 jam.
Untuk memaksimalkan siaga 24 jam, tiap RS maupun puskesmas harus menyiagakan dokter tanpa ada kekosongan petugas kesehatan.
"Sebenarnya tenaga medis setempat pun cukup. ISPA juga bukan untuk dirawat, kita hanya mengobati saja. Jadi kita bantu suplai obat-obatan, masker dan makanan tambahan," tutur Menkes.
Menkes menegaskan hingga saat ini belum ditemukan hubungan kejadian penyakit kanker dengan asap kebakaran hutan.
Menurut Menkes paparan asap kebakaran hutan yang terus menerus (seumur hidup) berbeda dengan paparan asap rokok yang dihisap selama 10 – 20 tahun.
Dalam penanganan kabut asap ini Kementerian Kesehatan berupaya meminimalisir dari dampak ini dengan mengirim Tim Asistensi Teknis Manajemen bencana dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehtan (PPKK), Dit. Penyehatan Lingkungan, Kesehatan Matra, Pusat Promosi, serta mengirim Tim Rapid Health Assesment (RHA) Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) untuk melaksanakan pendampingan manajemen bencana ke Dinas Kesehatan yang wilayahnya terkena dampak kabut asap dan merekomendasikan dalam peningkatan upaya Promotif. Kemenkes juga mengirim masker; Logistik kesehatan berupa paket gizi (MP-ASI, MPT- Bumil dan PMT-AS) dan tenda Pos Kesehatan.
Berita dan Info kesehatan lebih lanjut dapat dilihat di laman http://www.depkes.go.id dan http://www.sehatnegeriku.com.[*]