Jakarta (ANTARA Jambi) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro
mengatakan asumsi dasar ekonomi makro untuk pertumbuhan ekonomi 2017
berada pada kisaran 5,3 persen-5,9 persen, sesuai dengan proyeksi
penguatan perekonomian di negara maju maupun berkembang, tahun depan.
"Pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan meningkat seiring dengan
membaiknya kondisi perekonomian global, realisasi pembangunan
infrastruktur dan terjaganya daya beli masyarakat," kata Menkeu dalam
menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal
2017 di Sidang Paripurna DPR, Jakarta, Jumat.
Menkeu menjelaskan asumsi tersebut telah mempertimbangkan sejumlah
tantangan yang masih dihadapi perekonomian nasional yaitu terbatasnya
kapasitas produksi dan daya saing akibat terbatasnya infrastruktur,
sumber daya manusia maupun inovasi teknologi serta isu kesenjangan
ekonomi dan kedaulatan pangan.
"Selain itu, peran sektor keuangan dalam negeri masih dangkal dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi dan masih tingginya biaya dana (cost of
fund)," kata Menkeu.
Menkeu juga menyampaikan asumsi laju inflasi ditetapkan sebesar 3,0
persen-5,0 persen, yang didukung oleh berbagai upaya stabilisasi harga
serta koordinasi yang baik antara sektor riil, otoritas moneter dengan
pemerintah daerah. Sementara, suku bunga SPN 3 bulan berada pada kisaran
5,0 persen-6,0 persen.
Selain itu, asumsi nilai tukar rupiah ditetapkan sebesar
Rp13.650-Rp13.900 terhadap dolar AS yang didukung oleh perbaikan
fundamental ekonomi dan komitmen pemerintah dalam mendorong investasi,
sehingga bisa mendorong kestabilan kurs rupiah.
Kemudian, asumsi harga minyak (ICP) Indonesia diproyeksikan pada
kisaran 35 dolar AS-45 dolar AS per barel, lifting minyak 740 ribu-760
ribu barel per hari dan lifting gas 1,05 juta-1,15 juta barel per hari
setara minyak karena adanya penurunan produksi secara alamiah dan
kendala eksplorasi akibat harga yang rendah.
"Asumsi dasar ekonomi makro yang disusun pemerintah ini selanjutnya
menjadi basis dalam penyusunan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2017 dan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017," kata Menkeu.
Menkeu menjelaskan pengelolaan fiskal pada 2017 diperkirakan masih
menghadapi tantangan yang berat antara lain peningkatan ruang fiskal
untuk menopang belanja produktif prioritas, penyerapan belanja yang
belum optimal, pemberian subsidi tepat sasaran, pengendalian belanja
yang meningkat dan pengendalian keseimbangan primer.
"Oleh karena itu, pemerintah berupaya mewujudkan kebijakan fiskal
yang sehat dan berkelanjutan melalui peningkatan produktivitas APBN,
peningkatan efisiensi pengalokasian anggaran, memperkuat daya tahan
fiskal dan pengendalian risiko baik dalam jangka pendek, menengah maupun
panjang," katanya.
Ia menambahkan untuk mencapai target pembangunan nasional,
pemerintah juga mengupayakan untuk menjaga daya tahan fiskal dengan
penyediaan bantalan fiskal melalui pemanfaatan SAL, peningkatan
fleksibilitas pengelolaan kebijakan fiskal melalui penguatan payung
hukum dan pengendalian kerentanan fiskal dengan menjaga rasio utang.
Sementara, strategi menjaga kesinambungan fiskal adalah dengan
mengendalikan defisit anggaran pada kisaran 1,9 persen-2,5 persen
terhadap PDB melalui optimalisasi penerimaan dan efisiensi belanja,
menjaga rasio utang 26 persen-28 persen terhadap PDB dengan
mengendalikan pembiayaan dari utang dan pinjaman untuk kegiatan
produktif, dan mengendalikan keseimbangan primer.
Menkeu: asumsi pertumbuhan ekonomi 2017 sebesar 5,3-5,9 persen
Jumat, 20 Mei 2016 15:17 WIB
......Pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan meningkat seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian global......