"Tim evakuasi sempat memberikan pertolongan kepada korban, namun tiba-tiba napas korban terhenti, tidak ada denyut nadi dan denyut jantung," kata Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Antong Hartadi saat dihubungi dari Lumajang.
Ia mengatakan korban bersama rombongannya berjumlah 13 orang mendaftar di Pos Ranupani pada Rabu (5/10) dan mereka melakukan pendakian, setelah mengikuti pengarahan dari petugas di Resort Ranupani.
"Rombongan korban sempat bermalam di Ranu Kumbolo dengan mendirikan tiga tenda dan keesokan harinya pada Kamis (6/10), mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Pos Kalimati yang merupakan batas terakhir pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut," tuturnya.
Berdasarkan laporan yang diterima pihak TNBTS, korban sempat mengeluhkan masuk angin dan hanya makan sedikit pada malam harinya. Kemudian keesokan harinya pada Jumat (7/10) dini hari, tiga orang dari rombongan korban nekat naik ke puncak Gunung Semeru (Mahameru) yakni Luki Prasetia, Okky Rahmawati, dan Dimas Regaeloni.
"Korban sempat keluar dari tenda dan langsung muntah-muntah berupa air, selanjutnya mengeluhkan kepalanya pusing, perut mual, korban dalam posisi duduk diam dan masih muntah-muntah," katanya.
Rombongan korban kemudian berkemas untuk turun menuju ke Ranupani, namun baru sekitar 200 meter dari pondok pendaki di Kalimati, korban Sahat terlihat pucat, bengong, linglung dan pandangan kosong, serta tidak kuat jalan.
"Korban sempat digendong untuk turun, namun teman korban tidak kuat dan memutuskan untuk meminta bantuan petugas di Pos Ranupani, sehingga mereka menunggu bantuan di Jambangan," ujarnya.
Selama menunggu bantuan, korban terus muntah dan mengalami mual, serta pusing. Bahkan kondisi korban semakin parah dengan badannya panas, napas sesak seperti mengalami gangguan pernapasan dan tidak bisa diajak komunikasi.
"Tim evakuasi berjumlah empat orang tiba di lokasi pada Sabtu (8/10) pukul 00.09 WIB dan memberikan bantuan oxigen kepada korban, namun tiba-tiba napasnya terhenti dan tim evakuasi melakukan pengecekan denyut nadi dan jantung, hasilnya tidak ada denyut nadi dan jantung. Kemudian tetap diberikan pertolongan, namun tidak ada reaksi," ujarnya menambahkan.
Antong menjelaskan korban langsung dievakuasi menuju ke Pos Ranupani dan dibawa ke ruang pemulasaraan RSD dr Haryoto Lumajang sambil menunggu keputusan keluarga, apakah jenazah korban diotopsi atau tidak untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Data TNBTS menyebutkan selama sepekan terakhir tercatat dua pendaki yang meninggal di jalur pendakian Gunung Semeru. Sebelumnya Chandra Hasan (33) yang beralamatkan di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur meninggal dunia saat melakukan pendakian di sekitar Blok Ladengan Gunung Semeru pada Senin (3/10) malam.