Jambi (Antaranews Jambi) - Wakil Direktur KKI Warsi, Adi Junedi mengatakan workshop yang menghadirikan para guru Orang Rimba di Kabupaten Sarolangun dan Merangin, Provinsi Jambi adalah sebagai upaya membangun keharmonisan dalam memberdayakan suka dalam tersebut.
"Diskusi ini adalah langkah awal untuk membangun sinergisitas para pihak dalam membangun kemandirian Orang Rimba. Tujuan NGO dan pemerintah sebenarnya sama bagaimana memberdayakan Orang Rimba. Ini bukanlah langkah akhir tapi ini langkah awal untuk membangun keharmonisan dalam memberdayakan Orang Rimba," katanya di Merangin, Kamis.
Para guru anak rimba jalan lintas Sumatera dari Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin, itu antusias mengikuti workhsop dengan melibatkan semua pihak dengan tema "Meningkatkan Budaya Cerdas dan Sehat Orang Rimba Jalan Lintas Sumatera" di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Merangin.
Selain guru hadir juga siswa Orang Rimba Lintas dan perwakilan mahasiswa. Kegiatan ini juga melibatkan Kepala Seksi SAD Sarolangun, Dinas Pendidikan Merangin, Dinas Sosial, WARSI, dan TNI/Polri.
Adi Junedi mengatakan, jambore orang rimba ini digelar sejak Selasa (27/3) lalu dan berakhir dengan kegiatan workshop.
"Kita memulai dengan perlombaan anak-anak rimba di hari pertama, lomba guru kontrak Orang Rimba dari Kabupaten sarolangun dan Merangin di hari kedua, kemudian ditutup dengan workshop para pihak dan pameran foto," katanya menjelaskan.
Menurut dia, NGO memiliki keterbatasan sumber daya dalam memberdayakan Orang Rimba. Untuk itu, perlu dipikirkan bagaimana membuat program yang bisa dilanjutkan oleh pihak pemerintahan.
Adi juga menjelaskan, Orang Rimba dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Pertama yang masih hidup di dalam hutan, kedua yang hidup di lintas sumatera dan hanya menggantungkan hidup dari berburu.
Kemudian yang ketiga mereka yang hidup di perkebunan-perkebunan sawit, dan kelompok ini banyak memicu terjadinya konflik pemanfaatan lahan. Sebab mereka berada di sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh.
"Dari ketiga itu, yang paling butuh perhatian sebenarnya yang di sepanjang jalan lintas. Mereka sudah tidak memiliki lahan lagi. Sehingga ini yang butuh perhatian serius dari kita semua," ujarnya.
Sejauh ini, kata Adi menambahkan, Kabupaten Sarolangun dan Merangin sudah memberikan dukungan dan kepedulian terhadap pemberdayaan Orang Rimba.
Misalnya dengan mengalokasikan dana untuk merekrut guru bagi anak rimba dan untuk kesehatan juga sudah diminta memberikan layanan.
Penilik Sekolah Dinas Pendidikan Kabupaten Merangin, Kusminarni mengatakan pihaknya sudah memberikan kendaraan roda dua dan memberikan insentif kepada guru yang ditugaskan mengajar anak rimba.
"Insentifnya hanya 750 ribu. Namun tenaga pendidik masih banyak mengalami hambatan. Pertama tentang peserta didik, sebab itu kami mohon tenaga pendidik bersabar dengan keadaan ini," ujarnya.
Menurutnya, Dinas Pendidikan Merangin ke depan akan memperhatikan pendidikan SAD karena mereka juga warga negara dan berhak mendapatkan pendidikan.
Sementara itu, Kasi Bina Pendidikan SAD Sarolangun, Jamaris mengatakan pihaknya sangat mendukung pemberdayaan Orang Rimba di wilayah mereka terutama terkait pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi mereka.
Untuk pendidikan, pihaknya telah menugaskan sebanyak 10 orang guru honorer untuk mengajar anak rimba.
"Guru-guru ini khusus menangani pendidikan anak SAD di Kabupaten Sarolangun. Saat ini untuk setingkat SD saja sudah ada sekitar 350 orang," katanya.
Para guru itu katanya tersebar di Kecamatan Limun, Kecamatan Cermin Nan Gedang(CNG), Kecamatan Air Hitam, Kecamatan Batin VIII dan Kecamatan Pauh.
Sedangkan untuk meningkatkan layanan pendidikan bagi mereka, dia berharap ke depan semua pihak terkait agar membuat kurikulum khusus yang bisa menjadi acuan bagi guru-guru anak rimba tersebut
"Seharusnya ada kurikulum yang bisa dijadikan pedoman guru-guru anak rimba agar bisa lebih baik lagi," katanya menambahkan.***
Workshop guru anak rimba upaya membangun keharmonisan
Kamis, 29 Maret 2018 22:57 WIB