Dengan jumlah jamaah yang setiap tahun terus bertambah hingga mencapai tiga juta jiwa pada musim haji 1439 Hijriah (2018), intensitas tantangan tersebut sangat mungkin akan meningkat.
Bagi jamaah haji, perjuangan dalam menjalankan ibadah haji sudah dimulai saat pertama tiba di bandar udara di Saudi karena mereka harus menjalani proses pemeriksaan paspor, visa dan pengambilan sidik jari yang memakan waktu cukup lama.
Setelah itu, jamaah haji harus menunggu bagasi mereka yang juga tidak sebentar karena otoritas bandara harus melayani jutaan orang dari berbagai negara yang datang melalui jalur udara.
Haji adalah ibadah Umat Islam yang termasuk dalam Lima Rukun Islam. Karenanya, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bertekad untuk menjadikan perjalanan penuh tantangan tersebut nyaman dan aman bagi seluruh jamaah melalui sebuah gagasan yang dinamakan "Makkah Road" atau "Jalan Menuju Mekkah".
Menurut Menteri Media Kerajaan Arab Saudi, Dr. Awwad bin Saleh Al Awwad, "Makkah Road" adalah adalah gagasan dan metode untuk memfasilitasi jamaah haji dalam melakukan perjalanan ibadah mereka agar lebih nyaman dan aman sejak keberangkatan mereka dari tanah air.
"Pelayanan istimewa tersebut diterapkan pertama kali untuk jamaah haji asal Indonesia dan Malaysia. Dan kami berharap Makkah Road dapat diterapkan secara global untuk semua Muslim di seluruh dunia," kata menteri saat bertemu dengan delegasi media dari enam negara yang diundang guna melihat secara langsung persiapan haji yang dilakukan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi baru-baru ini.
"Makkah Road"
Pada Senin (30/7) jamaah Indonesia yang menikmati fasilitas "Makkah Road" tiba di Bandara Internasional King Abdulazis, Jeddah.
"Jamaah haji ini merupakan yang pertama tiba dengan layanan `fast track` atau `al-masar as-sari`. Al-masar as-sari` merupakan bagian penting dari proyek besar "Makkah Road" yang merupakan suatu inovasi terbaru Arab Saudi dalam memberikan pelayanan demi kenyamanan para jamaah haji Indonesia yang merupakan jamaah terbesar," kata Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel.
Tidak seperti penumpang lainnya yang harus menunggu giliran pemeriksaan keimigrasian meliputi pemeriksaan paspor dan visa, serta pengambilan sidik jari, jamaah haji Indonesia yang terbang dengan fasilitas "Makkah Road" telah melalui seluruh prosedur tersebut sejak di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Saat tiba di Jeddah, mereka juga tidak perlu menunggu bagasi yang membutuhkan waktu cukup lama karena para petugas telah mengurus, bahkan mengantarkannya langsung ke penginapan mereka masing-masing.
Dengan jalur cepat tersebut, hanya butuh 15-20 menit bagi jamaah untuk tiba di kamar hotel sejak pesawat mereka mendarat di Jeddah, turun dari pesawat, dan menuju bis yang memberangkatkan mereka ke penginapan. Sebelumnya, seluruh proses tersebut bisa memakan waktu sekkitar 2,5 jam.
Duta Besar Agus Maftuh mengatakan Pemerintah Indonesia sangat mengapresiasi kemudahan yang diberikan oleh Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman atas inovasi yang istimewa tersebut.
Sementara itu, Atase Pertahanan Brigadir Jenderal Drajad Bima Yoga mengatakan kelompok terbang pertama jamaah haji Indonesia yang tiba di Bandara King Abdulazis Jeddah telah merasakan secara langsung sistem baru yang merupakan kerja sama antara Arab Saudi dan Indonesia di bidang keimigrasian.
Melalui pelayanan tersebut jamaah haji mendapat pelayanan keimigrasian dari pihak Pemerintah Arab Saudi sejak berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Sistem ini merupakan wujud pengembangan kerja sama Saunesia (Saudi-Indonesia) dalam meningkatkan kecepatan pelayanan dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bagi jamaah haji Indonesia, kata Brigjen Drajad.
Menurut Menteri Awwad, gagasan ini telah berhasil diterapkan di Malaysia dan Indonesia berkat upaya dan kerja sama dari lembaga-lembaga terkait dari kedua negara.
Dia menegaskan bahwa "Road to Makkah" digagas dan diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi bagi jamaah haji semata-mata demi memudahkan dan menyamankan perjalanan ibadah mereka.
"Ibadah haji adalah salah satu pilar dari Lima Rukun Islam. Ini adalah perjalanan yang unik karena tiga juta jiwa berkumpul di tempat yang sama dengan luas area yang sempit, dan melakukan kegiatan yang sama secara bersamaan pada waku yang telah ditetapkan secara tepat tanpa ada penundaan," jelas Menteri Awwad, seraya menambahkan melayani perjalanan haji bagi Umat Islam yang datang dari berbagai belahan dunia adalah suatu tantangan.
"Alhamdulillah, Allah memberi kita kemudahan untuk melakukannya," katanya.
Menteri menambahkan bahwa para jamaah datang dari berbagai negara dengan usia yang beragam dan menuturkan bahasa yang berbeda.
"Ini adalah tugas kami untuk melayani jamaah haji. Tahun lalu jamaah haji tertua adalah seorang perempuan berusia 114 tahun dari Indonesia. Ini adalah hal yang menakjubkan," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan Pemerintah Kerajaan melakukan segala upaya yang terbaik bagi seluruh jamaah haji karena melayani mereka sesungguhnya adalah pekerjaan untuk Allah subhanahu wa ta`ala. "Ini adalah tanggung jawab sekaligus kehormatan bagi kami. Tidak ada posisi politik yang ingin kami raih dari hal ini, dan tidak ada alasan politik di balik semua yang kami kerjakan," tegasnya.
Dia menekankan bahwa propaganda tentang politisasi haji harus dimentahkan. "Tidak ada yang ingin mempolitisasi haji. Jamaah haji hanya ingin melakukan ibadah haji. Tidak ada alasan politik di balik pelaksanaan haji sejak 1.400 tahun yang lalu," tegasnya lagi.
"Kita harusmelindungi proses ibadah haji dari unsur-unsur politik pihak mana pun," ujarnya.