Jambi (Antaranews Jambi) - Sore itu, Minggu (29/7), Antara mencoba mengunjungi Sungai Napal di Kampung 10B Desa Muhajirin, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muarojambi. Keinginan itu didorong rasa penasaran karena sejak sepekan terakhir sungai tersebut viral dan banyak dikunjungi warga setempat.
Objek wisata tersembunyi atau baru ditemukan itu memang tergolong unik karena umumnya wilayah Desa Muhajirin tergolong dataran rendah. Sementara di sungai itu banyak ditemukan tanah liat yang sudah membatu atau biasa disebut napal. Biasanya napal banyak ditemukan di wilayah dataran tinggi atau kawasan kaki gunung.
Menemukan objek wisata alam Sungai Napal Desa Muhajirin tidak menguras energi seperti mengunjungi objek-objek wisata alam lainnya di Jambi. Lokasinya hanya berjarak sekitar 35 kilometer dari pusat Kota Jambi.
Desa Muhajirin dilintasi jalan provinsi Jambi-Muarabulian atau lebih dikenal jalan Ness. Sesampainya di Desa Muhajirin tepatnya di Dusun Suko Rame, pengunjung sudah mendekati lokasi. Akses jalan yang tersedia memudahkan pengunjung menuju wisata alam tersebut.
Jarak tempuh dari jalan utama menuju lokasi sekitar dua kilometer. Bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat memang belum bisa membawa kendaraannya ke sekitar lokasi. Sebab sekitar satu kilometer mendekati lokasi mesti menggunakan kendaraan roda dua.
Tak sampai di situ, pengunjung yang menggunakan kendaraan roda harus terhenti karena harus menyeberang sungai kecil, karena saat ini belum tersedia jembatan penyeberangan kendaraan. Pengunjung harus melewati jembatan seadaanya dan berjalan kaki sekitar 500 meter untuk tiba di lokasi.
Meski akses belum memadai, namun ada kesan berpetualang ketika harus melewati penyeberangan sepanjang tiga meter dengan hanya rebahan dua batang kayu ukuran 50 centimeter. Pewarta Antara merasakan itu, tegang memang tapi mengasyikan.
Tiba di objek wisata tersembunyi itu, muncul kekaguman akan proses alam yang terjadi. Dimana tanah liat banyak yang membatu atau napal dan bermacam-macam bentuk berwarna kuning kecoklatan. Ada yang muncul dipermukaan dan ada yang masih tersembunyi di dasar sungai.
Namun masih banyak juga tanah liat yang belum mencapai proses membatu sempurna atau jenis napal yang masih tergolong muda.
Terlepas hal itu, proses alam terkadang membuka mata manusia untuk mengembangkannya menjadi sesuatu bernilai. Sungai Napal Desa Muhajirin menjadi objek yang patut dikembangkan meski perlu usaha keras.
Animo masyarakat yang mengetahui adanya objek wisata baru itu terlihat jelas. Sejak pemuda Kampung 10B memperomosikannya melalui media sosial, ramai-ramai masyarakat utamanya warga Desa Muhajirin berduyun-duyun mengunjungi lokasi dan mengabadikannya dengan kamera ponsel.
"Rugi kita tidak tahu, padahal di kampung kita lah," kata Jun, warga Kampung 10B ditemui di lokasi.
Objek wisata alam baru yang merupakan satu-satunya di desa tersebut ternyata bukan menarik hati anak-anak remaja saja, tapi mulai anak-anak, dewasa hingga orangtua memiliki rasa penasaran akan kebaradaan napal-napal di sungai yang memiliki lebar sekitar lima meter itu.
Terbukti, ketika Antara di lokasi, anak-anak, remaja, dewasa, orangtua bahkan ibu-ibu ikut turun menikmati air jernih yang mengalir di atas napal-napal di sungai tersebut. Mereka menikmati gemericik air bahkan mandi yang diikuti tingkah wajib yakni berswa-foto. Seru kan...!!!
Pengamatan Antara di lokasi, hari itu saja ratusan warga mulai pagi hingga sore berdatangan ke objek wisata baru tersebut. Basah-basahan???, pasti. Karena bagi mereka tidak lengkap jika belum menyentuh air yang mengalir di atas napal-napal.
Menurut penuturan warga setempat, Sukiman, ditemui Antara mengatakan sungai tersebut sebelumnya tidak mempunyai nama apalagi sejarah. Penamaan nama karena sungai tersebut terdapat napal.
Dua tahun lalu katanya ada proyek normalisasi sungai oleh pihak kabupaten, kuat dugaan terlihatnya napal akibat naiknya lumpur yang sebelumnya menutupi napal-napal tersebut. Itu dibuktikan dengan beberapa napal yang tergores bucket (alat keruk) ekskavator.
Kemudian kata Sukiman, pemuda-pemuda Kampung 10B berswa-foto dan membuat video pendek lalu mempromosikannya melalui akun media sosial hingga kabar tersebut meluas. Al hasil semua warga utamanya warga Desa Muhajirin silih berganti berdatangan.
Perlu Penataan
Jika melihat antusiasme warga yang ingin menikmati wisata alam itu, sangat diperlukan dukungan semua pihak untuk penataan kawasan dalam upaya mengembangkan menjadi destinasi wisata yang bisa saja menjadi ikon Desa Muhajirin.
Jangka pendek misalnya, diperlukan jembatan penyeberangan yang tidak mengkhawatirkan untuk dilalui pengunjung. Hal itu penting mengingat kenyamanan pengunjung modal utama dalam mempopulerkan objek wisata. Terlepas hal itu, akses jalan juga mendesak karena hal itu masuk kategori kepentingan masyarakat.
Sekretaris Desa Muhajirin, Sutrisno, dihubungi Antara mengatakan perlu dana besar untuk mengembangkan lokasi itu menjadi objek wisata. Namun Pemerintah Desa sudah memikirkan hal itu tapi tidak bisa membangun secara gamblang.
Untuk jangka pendek katanya, melalui APBDes Perubahan 2018 akan dibangun jalan yang cukup dilalui kendaraan roda dua. Tapi mungkin hanya sekitar 200 meter dan dilanjutkan pada tahun anggaran berikutnya. Begitu juga jembatan penyeberangan setidaknya diperlukan jembatan darurat.
"Kita tau dalam pengembangan butuh biaya besar, tapi kita berupaya untuk itu, pertama akses jalan. Di perubahan kita upayakan membangun jalan setapak," kata Sutrisno yang biasa disapa Elik.
Elik meyakini bahwa itu adalah potensi desa, sebab itu di sekitar lokasi setidaknya harus bersih. Apalagi akses menuju objek merupakan kebun warga. Karena itu membangun objek wisata tidak bisa secara langsung serta harus dikaji manfaat ke depannya.
Sementara itu, Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Muhajiri Jaya, Subhan Ismail dikonfirmasi terkait hal itu mengaku siap mengelola potensi wisata tersebut jika memang dipercaya oleh pemerintah desa.
Dijelaskannya, BUMDesa dalam mengelola tentu pertama telah mendapatkan suntikan dana (penyertaan modal) dari pemerintah desa. Dimana Kades sebagai Direksi dan BUMDesa sebagai pelaksana di lapangan dengan metode bisnis.
Menurut Subhan, Sungai Napal merupakan asset desa yang perlu dikembangkan. Potensi itu diyakini berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat.
"Intinya kalau BUMDesa Muhajirin Jaya dipercaya mengelola kita siap dan tentunya dengan penyertaan modal. Sebab menurut saya Sungai Napal adalah potensi desa yang punya nilai jual dan harus dikembangkan," kata Subhan.
Dia mengaku sudah memikirkan konsep penataan kawasan wisata Sungai Napal itu yang akan ditawarkan kepada pemerintah desa jika dipercaya mengelola asset baru tersebut.
"Kalau penataaan kita sudah siap dengan konsep kita, salah satunya ditambah tempat pemancingan umum dan tempat-tempat jualan makanan sebagai penunjang objek wisata Sungai Napal tersebut," ujar Subhan.***