Bogor, Jawa Barat (Antaranews Jambi) - Presiden Joko Widodo mengingatkan kaum milenial agar mewaspadai potensi munculnya intoleransi di tengah keberagaman bangsa Indonesia
"Ini yang terus akan saya ingatkan di mana-mana, karena kita sering lupa masalah ini. Karena kita lupa, menyebabkan kita ini kadang-kadang merasa tidak saudara. Padahal kita adalah saudara sebangsa dan setanah air," katanya saat bersilaturahmi dengan para peserta Kongres Indonesia Millennial Movement Tahun 2018 di Istana Bogor, Senin.
Di hadapan peserta kongres yang diundang ke Istana Kepresidenan Bogor, Presiden kembali mengingatkan bahwa banyak tindakan intoleransi muncul bukan karena dorongan keinginan sendiri namun dipicu oleh peristiwa-peristiwa politik.
"Sebetulnya yang berkaitan dengan intoleransi, terutama di negara kita, lebih banyak didorong peristiwa-peristiwa politik. Pemilihan bupati, wali kota, gubernur, dan presiden. Kejadiannya banyak dimulai dari situ," tuturnya.
Ia mengatakan cara-cara tidak beretika yang diterapkan untuk mencapai tujuan politik tertentu bisa memicu intoleransi.
"Coba dilihat di media sosial isinya seperti apa. Ini pengaruh politik yang isinya sering mengaduk-aduk kita. Sering muncul intoleransi karena dibentur-benturkan. Ini yang sering saya sampaikan, berbahaya sekali," katanya.
Kalau masyarakat dibiarkan berlarut dalam kondisi itu, ia melanjutkan, bisa jadi bangsa Indonesia akan kesulitan menghadapi tantangan yang sudah ada di depan mata, sementara revolusi industri keempat sudah menyebabkan banyak lanskap kehidupan berubah.
"Inilah yang terus harus kita waspadai, jangan sampai perubahan-perubahan ini membawa kita ke dalam intoleransi, ke dalam ekstremisme yang sangat berlebihan," kata Presiden.
Presiden juga menyampaikan apresiasi kepada Maarif Institute for Culture and Humanity karena menyelenggarakan kongres untuk membangkitkan komitmen generasi milenial mempromosikan perdamaian serta pencegahan ekstremisme dan kekerasan. Ia yakin kegiatan-kegiatan semacam itu bisa menggerakkan lebih banyak pihak membawa negara menuju kemajuan.
"Dengan cara-cara yang sejuk, yang baik. Selalu saya sampaikan, marilah kita hijrah dari ujaran-ujaran kebencian pada ujaran-ujaran kebenaran, hijrah dari pesimisme ke optimisme, hijrah dari pola-pola yang konsumtif ke produktif, hijrah dari kegaduhan-kegaduhan ke persatuan dan kerukunan. Karena itulah yang dibutuhkan," imbuhnya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan Koordintor Staf Khusus Presiden Teten Masduki mendampingi Presiden dalam pertemuan dengan para peserta Kongres Indonesia Millennial Movement.
"Ini yang terus akan saya ingatkan di mana-mana, karena kita sering lupa masalah ini. Karena kita lupa, menyebabkan kita ini kadang-kadang merasa tidak saudara. Padahal kita adalah saudara sebangsa dan setanah air," katanya saat bersilaturahmi dengan para peserta Kongres Indonesia Millennial Movement Tahun 2018 di Istana Bogor, Senin.
Di hadapan peserta kongres yang diundang ke Istana Kepresidenan Bogor, Presiden kembali mengingatkan bahwa banyak tindakan intoleransi muncul bukan karena dorongan keinginan sendiri namun dipicu oleh peristiwa-peristiwa politik.
"Sebetulnya yang berkaitan dengan intoleransi, terutama di negara kita, lebih banyak didorong peristiwa-peristiwa politik. Pemilihan bupati, wali kota, gubernur, dan presiden. Kejadiannya banyak dimulai dari situ," tuturnya.
Ia mengatakan cara-cara tidak beretika yang diterapkan untuk mencapai tujuan politik tertentu bisa memicu intoleransi.
"Coba dilihat di media sosial isinya seperti apa. Ini pengaruh politik yang isinya sering mengaduk-aduk kita. Sering muncul intoleransi karena dibentur-benturkan. Ini yang sering saya sampaikan, berbahaya sekali," katanya.
Kalau masyarakat dibiarkan berlarut dalam kondisi itu, ia melanjutkan, bisa jadi bangsa Indonesia akan kesulitan menghadapi tantangan yang sudah ada di depan mata, sementara revolusi industri keempat sudah menyebabkan banyak lanskap kehidupan berubah.
"Inilah yang terus harus kita waspadai, jangan sampai perubahan-perubahan ini membawa kita ke dalam intoleransi, ke dalam ekstremisme yang sangat berlebihan," kata Presiden.
Presiden juga menyampaikan apresiasi kepada Maarif Institute for Culture and Humanity karena menyelenggarakan kongres untuk membangkitkan komitmen generasi milenial mempromosikan perdamaian serta pencegahan ekstremisme dan kekerasan. Ia yakin kegiatan-kegiatan semacam itu bisa menggerakkan lebih banyak pihak membawa negara menuju kemajuan.
"Dengan cara-cara yang sejuk, yang baik. Selalu saya sampaikan, marilah kita hijrah dari ujaran-ujaran kebencian pada ujaran-ujaran kebenaran, hijrah dari pesimisme ke optimisme, hijrah dari pola-pola yang konsumtif ke produktif, hijrah dari kegaduhan-kegaduhan ke persatuan dan kerukunan. Karena itulah yang dibutuhkan," imbuhnya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan Koordintor Staf Khusus Presiden Teten Masduki mendampingi Presiden dalam pertemuan dengan para peserta Kongres Indonesia Millennial Movement.