Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan mudik melalui jalur darat merupakan perjalanan yang berisiko tinggi karena volume kendaraan bisa meningkat lebih dari 100 persen.
"Belum lagi bila disandera dengan kemacetan parah selama perjalanan. Keselamatan bertransportasi adalah kata kunci yang pertama dan utama," kata Tulus ketika dihubungi di Jakarta, Senin.
Tulus menyarankan pemudik untuk tidak memaksakan diri dan kendaraannya. Lebih baik terlambat sampai ke tujuan atau tidak berangkat daripada tidak sampai tujuan sama sekali.
Pengemudi perlu beristirahat setiap tiga jam hingga empat jam setelah mengemudi. Kendaraan juga jangan dipaksa dipacu dengan kecepatan tinggi.
"Beristirahatkan di tempat istirahat yang aman seperti tempat istirahat di jalan tol, stasiun pengisian bahan bakar umum, masjid, dan lain-lain," tuturnya.
Pemudik juga perlu memastikan kendaraannya laik jalan, terutama untuk perjalanan jauh terutama untuk kendaraan yang sudah cukup tua. Servis kendaraan sebelum perjalanan mudik perlu dilakukan.
Tulus mengatakan muatan kendaraan juga perlu diperhatikan. Jangan sampai kapasitas berlebihan, baik jumlah penumpang maupun jumlah barang di bagasi ataupun di atas kendaraan.
"Muatan berlebihan akan membahayakan keselamatan berkendara. Muatan di atas atap mobil juga berpengaruh pada aspel keselamatan," katanya.
Kementerian Perhubungan memperkirakan 50 persen warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi akan mudik lebaran dan 40 persennya menggunakan jalan tol. Selain itu, diperkirakan juga akan ada 924.000 pemudik menggunakan sepeda motor.
Tulus menilai hal yang paling penting selama mudik lebaran adalah aspek keselamatan. Salah satu yang selalu terjadi dalam fenomena mudik lebaran adalah penurunan derajat keselamatan dalam setiap jenis transportasi, terutama transportasi darat berbasis jalan raya.