Banda Aceh (ANTARA) - Nelayan di Provinsi Aceh memiliki kesepakatan untuk tidak melaut pada setiap 26 Desember, guna mengenang peristiwa bencana gempa yang disusul tsunami melanda daerah berjulukan Serambi Mekkah itu pada 2004 silam.
"Tanggal 26 Desember kami libur, karena ini momen sakral bagi nelayan Aceh, mengenang dan mendoakan keluarga yang menjadi korban," kata Panglima Laut Kuala Cangkoi Ulee Lheue Syafaat di Banda Aceh, Selasa.
Dia menyebutkan peristiwa tsunami 15 tahun silam itu menyebabkan korban jiwa dari kalangan nelayan yang juga tidak sedikit, sehingga mereka memanfaatkan tanggal 26 Desember setiap tahun untuk mengenang, berdoa, atau berziarah ke kuburan massal di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Kata dia, imbauan libur melaut itu telah tersampaikan kepada nelayan di provinsi paling barat Indonesia tersebut. Nelayan tidak melakukan aktivitas apapun di laut.
"Kejadian itu (tsunami) membuat kekuatan iman kami untuk mengenang kejadian yang membuat nelayan selalu ingat," katanya.
Selain libur pada 26 Desember, nelayan juga tidak melaut pada hari tertentu seperti Jumat, peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus, lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, serta 1 Muharram tahun baru Islam.
"Kami harapkan generasi ke depan mengingat dampak tsunami yang sangat besar ini dan menjadi pengalaman di masa akan datang," katanya.
Untuk diketahui Ahad, 26 Desember 2004 lalu daerah Tanah Rencong ini diguncang gempa dengan kekuatan 9,1 skala richter. Berselang beberapa menit kemudian disusul gelombang tsunami yang meratakan bangunan dengan tanah di sejumlah wilayah Aceh, dengan korban lebih 170 ribu jiwa.
Baca juga: Nelayan di Aceh libur melaut 17 Agustus
Baca juga: Staf KBRI telah temui nelayan Aceh yang ditahan di Myanmar