Jakarta (ANTARA) - Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA), kemungkinan akan mengeluarkan persetujuan darurat untuk remdesivir sebagai obat bagi pasien terinfeksi virus corona (COVID-19).
Percobaan federal menunjukkan bahwa pengobatan dengan remdesivir, obat antivirus eksperimental, dapat mempercepat pemulihan pada pasien yang terinfeksi coronavirus, Dr. Anthony S. Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan pada Rabu (29/4).
Baca juga: Kabar terkini jamu Indonesia untuk corona, bersiap diuji klinis
Baca juga: Kandidat obat baru corona "remdesivir" diklaim menjanjikan
Jika benar FDA memberikan persetujuan, maka obat yang dibuat oleh Gilead Sciences itu bisa menjadi obat pertama yang disetujui untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru.
Otorisasi darurat oleh FDA tidak sama dengan persetujuan obat resmi oleh badan itu. Ketika pemerintah federal mengumumkan darurat kesehatan masyarakat, FDA dapat menyetujui obat atau tes tertentu untuk mengatasi keadaan darurat jika tidak ada alternatif lain. Itu adalah kasus dengan coronavirus, karena tidak ada obat yang terbukti efektif melawan virus.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia berharap FDA segera menyetujui obat tertentu untuk tangani COVID-19.
"Kami ingin semuanya aman, tetapi kami ingin melihat persetujuan yang sangat cepat, terutama dengan hal-hal yang berfungsi," katanya dalam pertemuan dengan eksekutif perusahaan di Gedung Putih.
Baca juga: BPOM tegaskan penggunaan klorokuin harus dengan pengawasan dokter
Baca juga: Kandidat obat corona, "hydroxychloroquine" diuji klinis pada manusia
Sejak dimulainya pandemi COVID-19, FDA telah bekerja untuk memfasilitasi pengembangan dan ketersediaan penanggulangan medis dan peralatan untuk digunakan oleh pasien, penyedia perawatan kesehatan, dan sistem perawatan kesehatan secepat dan seaman mungkin, termasuk perangkat tes darah hingga respirator.
FDA telah bekerja dengan lebih dari 300 pengembang alat tes untuk mendeteksi virus, termasuk banyak yang sudah memberi tahu FDA bahwa mereka telah
mengembangkan tes serologis untuk mengidentifikasi individu yang memiliki antibodi terhadap virus dari masa lalu atau saat ini, COVID-19.
Namun, sampai saat ini belum ada obat yang direkomendasikan khusus untuk pengobatan COVID-19.
Baca juga: Hydroxychloroquine efektif untuk obat corona
Baca juga: Demi temukan obat corona, darah penyintas corona akan diuji coba