Brasilia (ANTARA) - Presiden Jair Bolsonaro mengancam pada Jumat untuk menarik keluar Brazil dari keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setelah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu memperingatkan pemerintah-pemerintah atas risiko mencabut karantina wilayah sebelum memperlambat penyebaran virus corona baru.
Halaman depan koran Brazil Folha de S. Paulo menggarisbawahi bahwa hanya dalam tempo 100 hari sejak Bolsonaro menggambarkan virus corona sebagai "flu sepele" itu kini telah "membunuh satu orang Brazil per menit".
"Ketika Anda membaca (koran) ini, orang Brazil lain meninggal akibat virus corona," kata koran itu.
Kementerian Kesehatan Brazil melaporkan Kamis malam bahwa kasus terkonfirmasi di negeri itu melonjak melewati 600.000 dan 1.437 kematian tercatat dalam 24 jam. Dengan lebih dari 34.000 nyawa melayang, pandemi itu membunuh lebih banyak orang di Brazil daripada negara mana pun di luar Amerika Serikat dan Inggris.
Ditanya tentang upaya melonggarkan perintah jarak sosial di Brazil meski ada tingkat kematian harian dan diagnosa yang meningkat, juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan kriteria kunci mencabut karantina wilayah adalah penularan yang melambat.
"Epidemi, wabah, di Amerika Latin sungguh memprihatinkan," katanya dalam konferensi pers di Jenewa. Dia mengatakan di antara enam kriteria terpenting untuk melonggarkan karantina, "salah satunya adalah secara ideal penularan mengalami penurunan."
Kepada wartawan pada Jumat, Bolsonaro berkomentar Brazil akan mempertimbangkan meninggalkan WHO kecuali bila badan itu berhenti menjadi satu "organisasi politik yang berpihak".
Presiden AS Trump, sekutu ideologis Bolsonaro, mengatakan bulan lalu bahwa AS akan mengakhiri hubungannya dengan WHO, seraya menuduhnya menjadi boneka China, tempat pertama kali corona muncul.
Penolakan Bolsonaro atas risiko corona terhadap kesehatan masyarakat dan upaya untuk mencabut karantina negara bagian mengundang kritik dari berbagai kalangan di Brazil, yang sebagian menuduhnya memanfaatkan krisis untuk merongrong lembaga-lembaga demokratis.
Namun banyak di antara pengkritik itu terbelah menyangkut keselamatan dan keefektifan demo anti pemerintah di saat pandemi, terutama setelah satu protes kecil dihadapi dengan pertunjukan kekuatan polisi yang berlebihan akhir pekan lalu.
Reuters
Baca juga: Terjangkit virus corona, Brazil tempati nomor 2 di belakang AS
Baca juga: Bolsonaro ingin buka perbatasan Brazil, sebut risikonya sepadan
Baca juga: Presiden Brazil sebut yang terapkan "lockdown" penjahat