Moskow (ANTARA) - Rakyat Rusia membuka pintu bagi Vladimir Putin berkuasa hingga 2036 lewat pemungutan suara fantastis untuk mengubah undang-undang dasar yang akan memungkinkannya berkuasa lagi selama dua masa kepresidenan.
Hasil resmi, setelah 98 persen kertas suara dihitung, memperlihatkan bahwa mantan pejabat dinas rahasia KGB itu yang memerintah Rusia lebih dari dua dekade sebagai presiden atau perdana menteri dengan mudah memenangi hak untuk berkuasa lagi selama dua kali masa berkuasa 6 tahun setelah masa berkuasanya saat ini berakhir pada 2024. Artinya, Putin yang saat ini berusia 67, dapat memerintah hingga usia 83 tahun.
Komisi Pemilu Pusat mengatakan 78 persen suara yang dihitung secara keseluruhan mendukung pengubahan konstitusi. Hanya lebih 21 persen suara menentang, katanya.
Ella Pamfilova, kepala komisi itu, mengatakan pemungutan suara berlangsung transparan dan para petugas pemungutan suara melakukan segalanya untuk menjamin integritasnya.
Politisi oposisi Alexei Navalny punya pandangan berbeda dan menyebut pemungutan suara itu pertunjukan yang tak sah dan liar yang dirancang untuk mengabsahkan kepresidenan Putin sepanjang hayat.
"Kami tak akan pernah mengakui hasil ini," kata Navalny kepada para pendukung dalam sebuah video.
Navalny mengatakan oposisi tak akan memprotes sekarang karena pandemi corona tapi akan melakukannya dalam skala besar-besaran pada musim gugur jika para kandidatnya dihalangi ambil bagian dalam pemilu regional atau hasilnya dipalsukan.
"Apa yang paling ditakuti Putin adalah protes jalanan," kata Navalny. "Dia... tak akan hengkang hingga kami mulai turun ke jalan-jalan dalam jumlah ratusan ribu dan jutaan orang."
Rakyat Rusia telah didorong untuk mendukung manuver Putin berkuasa, yang digambarkan oleh kritikus sebagai kudeta konstitusional, dengan undian berhadiah rumah susun dan iming-iming berupa iklan kampanye yang memfokuskan pada amendemen konstitusional lain dalam satu paket perubahan yang sama seperti perlindungan pensiun dan larangan nyata atas pernikahan sesama jenis.
Baca juga: Ribuan orang protes atas larangan oposisi memberikan suara
Baca juga: Rusia tuduh Facebook dan Google siarkan iklan politik saat pemilu
Satu kali pembayaran senilai 10.000 rubel (sekitar Rp2 juta) dikirim ke mereka yang memiliki anak-anak atas perintah Putin saat warga menuju tempat pemungutan suara pada Rabu, hari terakhir pemungutan suara, yang diadakan tujuh hari untuk membatasi penyebaran virus.
Warga Moskow Mikhail Volkov mengatakan dia mencoblos demi perubahan. "Kami butuh perubahan radikal dan saya berpihak ke perubahan-perubahan itu," katanya.
Warga yang lain kurang bersemangat.
"Saya tak membaca perbaikan-perbaikan itu bila saya jujur," kata pemilih yang lain, Lyudmila. "Yang penting dalam pemungutan suara apakah mereka sudah mengambil keputusan untukmu. Seperti itulah di negeri kami - baca sesuatu dan pilih. Saya telah memilih."
Jumlah pemilih mencapai 65 persen, kata para petugas pemilu.
Reuters
Baca juga: Presiden Korsel serukan penyelenggaraan KTT AS-Korut sebelum pemilu
Baca juga: PM Singapura: pemilu bukan soal perselisihan keluarga