Bengkulu (ANTARA) - Satu keluarga jalani rapid tes setelah seorang anggota kelurganya meninggal dunia karena COVID-19.
Warga Kota Bengkulu yang sehari-hari bekerja menjadi pemulung meninggal akibat COVID-19, membuat petugas kesehatan mengadakan tes cepat bagi seluruh anggota keluarga almarhum.
Ketua RT 06 Pondok Besi, Hamdani mengatakan, penelusuran pasien COVID-19 terhadap warganya, Nurhasanah, yang meninggal Jumat 25 September 2020, sempat mendapat penolakan lantaran harus menjalani isolasi mandiri selama 14 hari.
"Mereka keberatan soal biaya sehari-hari kalau harus diisolasi mandiri karena kalah tidak bekerja setiap hari tidak dapat duit," kata Hamdani, Jumat.
Hamdani menuturkan, almarhumah dengan kasus ke-596, berusia 52 tahun dalam keadaan memiliki sakit bawaan yakni asma dengan gejala COVID-19 batuk dan sesak nafas.
"Beliau tidak ada riwayat kontak dan perjalanan jauh. Warga kami juga tidak ada yang dari perjalanan jauh. Jadi aneh saja tiba-tiba gejala bawaan teridentifikasi COVID-19," kata Hamdani.
Hamdani mengatakan, setelah menjalani tes cepat dari pihak Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, semua keluarga yang berada satu rumah sehari-hari saat almarhum mengalami gejala, dinyatakan tidak bereaksi COVID-19.
"Barusan tes cepat seluruh keluarga. Semua nonreaktif aman," kata Hamdani.
Diketahui, Nurhasanah meninggal dan dinyatakan positif COVID-19 bersama kasus 583, Perempuan umur 59 tahun, dengan keluhan yang sama.
Saat melakukan isolasi mandiri pada 25 September, kasus 583 dinyatakan meninggal sehari setelahnya.
Satu keluarga jalani rapid tes setelah wanita pemulung meninggal akibat COVID-19
Sabtu, 3 Oktober 2020 7:34 WIB