Jakarta (ANTARA) - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo meminta agar pemerintah daerah untuk mengaktifkan kembali posko-posko COVID-19 untuk meningkatkan kedisiplinan masyarakat.
"Jadi mohon berkenan tahun anggaran baru, Bapak dan Ibu Bupati, Wali Kota dan juga Gubernur bisa mengalokasikan dana untuk tersedianya posko, mulai dari tingkat provinsi sampai dengan paling tidak tingkat kelurahan, syukur kalau anggarannya cukup bisa sampai tingkat RT dan RW," kata Doni dalam Rapat Rencana Sosialisasi Program Vaksinasi Tahun 2021 di Jakarta, Selasa.
Hasil pantauan dari lapangan oleh Satgas Penanganan COVID-19 di beberapa daerah menemukan bahwa adanya penurunan kedisiplinan masyarakat terkait protokol kesehatan 3M yaitu mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker.
Baca juga: Kluster keluarga punya risiko penularan 10 kali lebih tinggi
Namun, meski terjadi kenaikan kasus, Doni tetap optimistis peningkatan kasus aktif dapat ditekan kembali. Karena itu Doni menekankan bahwa kunci keberhasilan dalam rangka memutus mata rantai penularan COVID-19 adalah peran serta masyarakat sebagai garda terdepan.
"Kalau ini bisa dilakukan, maka kami yakin kasus aktif yang selama ini cukup tinggi bisa kita tekan kembali," ucap Doni, yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu.
Selain itu Doni juga menyoroti beberapa hal terkait persentase COVID-19 seperti kasus aktif secara nasional berada pada angka 14,26 persen. Hal itu mengalami penurunan selama dua bulan terakhir. Kemudian untuk angka kesembuhan berada pada 82,77 persen dan hal itu juga mengalami penurunan dibandingkan periode dua bulan lalu.
Selanjutnya kasus harian aktif dilaporkan sebanyak 772.103 orang yang terpapar COVID-19. Untuk kasus sembuh sudah mencapai 639.103 orang. Berikutnya untuk angka kematian sebesar 22.911, yang secara nasional masih berada di bawah rata-rata angka kematian global dengan selisih 0,81 persen.
Baca juga: Mendagri: Vaksinasi COVID-19 secara simbolis pada 13 Januari mendatang
Menurut Doni, data-data itu menunjukkan bahwa kasus kematian masih cukup tinggi meskipun kasus aktif dan angka kesembuhan sudah jauh dari rata-rata global, tetapi lebih rendah dibandingkan pada bulan November 2020 dengan selisih 12,83 persen.
Adapun menurutnya, selisih penurunan dan peningkatan kasus yang terjadi di Indonesia pada dua bulan terakhir terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah adanya libur panjang.
Hal itu tentunya harus menjadi catatan penting bagi setiap daerah, khususnya yang sebelumnya terus aktif melaporkan data kejadian dan masih mengalami peningkatan yang cukup signifikan agar segera mengambil kebijakan sesuai arahan sebelumnya.
"Setelah libur panjang kita lihat peningkatan kasusnya luar biasa ketat. Ini alarm bagi kita semua, mohon ini kita cermati, terutama di daerah yang secara rutin setiap hari laporan yang kami terima belum mengalami penurunan," demikian ujar Doni.
Baca juga: Pasien COVID-19 rawat inap di RSD Wisma Atlet bertambah jadi 2.933