Jakarta (ANTARA) - Pemerintah melibatkan personel TNI-Polri melalui Babinkamtibmas dan Babinsa serta unsur lainnya dengan menambah hingga 80.400 tenaga untuk pelacakan kontak erat COVID-19.
Selain itu, pemerintah juga melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan juga pemuka agama untuk mendorong pelacakan kasus kontak erat pasien COVID-19 agar lebih efektif.
Nadia menyebut Menteri Kesehatan menginstruksikan untuk memperkuat pelacakan kontak erat pasien dan juga tes COVID-19.
Baca juga: Menristek imbau pelacakan COVID-19 gunakan alat buatan dalam negeri
Baca juga: Jateng bakal beli GeNose untuk tingkatkan pelacakan COVID-19
Dia mengatakan pelacakan kontak erat yang saat ini baru dilakukan lima hingga delapan orang dari pasien positif COVID-19, akan ditingkatkan menjadi 15 hingga 20 orang yang dilacak dan dites dalam satu orang yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Nadia juga mengatakan pemerintah memperkuat Puskesmas dalam hal tes COVID-19 dengan mendistribusikan alat rapid test antigen.
"Pada tingkat Puskesmas kita akan distribusi rapid test antigen, yang tentunya bisa langsung digunakan oleh teman-teman di Puskesmas untuk menegakkan diagnosis COVID-19. Kalau dulu harus ambil usapan (swab), lalu kirim ke laboratorium untuk PCR, sekarang bisa langsung dengan pemeriksaan antigen," ujar Nadia.
Dia mengatakan saat ini Satgas Penanganan COVID-19 masih memfinalisasi petunjuk teknis pembentukan Pos Komando Tangguh COVID-19 di tingkat kelurahan atau desa.
Menteri Kesehatan mengatakan penemuan kasus COVID-19 di masyarakat maupun penatalaksanaan terhadap pasien COVID-19 di lapangan harus dilakukan lebih dini untuk menekan angka penularan dan juga menekan tingkat keparahan pasien yang bisa menyebabkan kematian.*
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Petamburan meningkat setelah pelacakan
Baca juga: Pakar imbau masyarakat kooperatif dalam pelacakan kontak erat COVID-19