New York (ANTARA) - Dolar AS turun ke posisi terendah dua minggu pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah bergerak fluktuatif, dipimpin oleh penurunan terhadap sterling dan euro, tertekan oleh data Amerika Serikat yang menunjukkan inflasi "jinak" dan imbal hasil obligasi pemerintah lebih rendah.
Gubernur Bank Sentral AS (Federal Reserve) Jerome Powell tidak membantu dolar, ketika ia memberikan nada dovish secara keseluruhan pada Rabu (10/2/2021) dan menegaskan bahwa bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga pada level saat ini sampai ekonomi mencapai lapangan kerja maksimum dan inflasi tetap di atas 2,0 persen untuk beberapa waktu.
Dolar melanjutkan penurunan setelah data menunjukkan inflasi AS yang mendasari tetap "jinak". Tidak termasuk komponen makanan dan energi yang mudah berubah, IHK (Indeks Harga Konsumen) tidak berubah untuk bulan kedua berturut-turut.
"Penguatan dolar pasti telah kehilangan momentum dan tren kelemahan yang mendasari kemungkinan bisa berlanjut. Tindakan hari ini benar-benar berpusat di sekitar IHK," kata Amo Sahota, direktur eksekutif di Klarity FX di San Francisco.
“Pasar memperkirakan inflasi akan naik sedikit dan itu tidak berbahaya pada saat ini. Perdagangan reflasi belum cukup sampai di sana,” tambah Sahota.
Indeks dolar melayang ke level terendah dua minggu di 90,249, membukukan penurunan hari ketiga. Indeks terakhir diperdagangkan 0,1 persen lebih rendah pada 90,377. Sebelum minggu ini, dolar telah menguat lebih dari 2,0 persen sejak awal tahun, karena investor menutupi short positions yang diperpanjang pada mata uang tersebut.
Secara tradisional dipandang sebagai tempat berlindung yang aman, dolar telah merosot terhadap mata uang utama lainnya karena optimisme atas dukungan moneter dan fiskal, laba perusahaan yang kuat dan vaksin virus corona meningkatkan sentimen risiko.
Di pasar mata uang kripto, bitcoin mengkonsolidasikan keuntungan baru-baru ini pada Rabu (10/2/2021), diperdagangkan 2,7 persen lebih rendah pada 45.208 dolar AS. Bitcoin mencapai tertinggi baru 48.216 dolar AS pada Selasa (8/2/2021) setelah pengungkapan Tesla tentang investasi 1,5 miliar dolar AS dalam mata uang virtual.
Ethereum mata uang virtual saingannya, yang sering bergerak bersama-sama dengan bitcoin, mencapai rekor 1.839 dolar AS pada Rabu (10/2/2021) sebelum mundur sedikit. Terakhir turun 1,5 pada 1.746 dolar AS.
Sementara itu, pedagang valuta asing telah melakukan tarik-menarik atas dampak pada dolar dari paket stimulus fiskal terkait pandemi yang direncanakan Presiden AS Joe Biden sebesar 1,9 triliun dolar AS.
Di satu sisi, pemerintah mengharapkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi AS, memperkuat mata uang. Tapi di sisi lain, itu bisa memanaskan inflasi, yang akan mengangkat aset-aset berisiko dengan mengorbankan dolar.
Dolar naik 0,1 persen terhadap yen menjadi 104,64 yen. Mata uang Jepang sebelumnya mencapai level tertinggi terhadap greenback sejak 29 Januari.
Euro naik tipis menjadi 1,2126 dolar, menambah kenaikan tiga hari beruntun dan mencapai level tertinggi sejak awal Februari. Pound Inggris menetapkan tertinggi baru tiga tahun di 1,3865 dolar dan terakhir naik 0,2 persen pada 1,3840 dolar.
Baca juga: Rupiah bertahan di bawah Rp14.000 didukung stimulus AS
Baca juga: Emas naik lagi 5,2 dolar AS, didorong inflasi dan harapan stimulus
Baca juga: Minyak catat reli terpanjang 2 tahun, vaksin angkat harapan permintaan