Semarang (ANTARA) - Masyarakat dunia, termasuk rakyat Indonesia, mau tidak mau harus menyesuaikan diri di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Apalagi, wabah ini belum ada yang bisa memastikan kapan berakhirnya.
Bahkan, berdasarkan data news.google.com yang diakses pada hari Selasa (16/2) dini hari, wabah yang melanda dunia hampir setahun ini menyebabkan 108.840.449 juta orang terpapar COVID-19 dengan korban meninggal 2.400.456 orang.
Sementara itu, situasi COVID-19 di Tanah Air yang disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) via grup WhatsApp Medkom Bencana pada tanggal 15 Februari 2021 pukul 14.00 tercatat 1.223.930 kasus konfirmasi, 1.032.065 orang dinyatakan sembuh, dan 33.367 orang meninggal dunia.
Tidak hanya menimbulkan korban jiwa, wabah ini juga mengganggu semua lini kehidupan, termasuk di dunia pendidikan. Kendati demikian, jangan sampai mengganggu proses belajar mengajar.
Sejak bangsa ini dilanda bencana nonalam itu, keberlangsungan pendidikan di sejumlah daerah tetap berjalan dengan bantuan teknologi. Namun, tidak semua sekolah di Nusantara ini bisa menerapkan pembelajaran secara daring (online).
Baca juga: Universitas Syiah Kuala Banda Aceh mulai terapkan kuliah tatap muka
Karena keterbatasan akses internet, ditambah lagi tidak semua orang tua siswa mampu membeli telepon seluler (ponsel) bagi anak mereka, terpaksa sekolah melakukan pembelajaran tatap muka di tengah pandemi.
Di lain pihak, sekolah yang sudah melakukan pembelajaran jarak jauh secara daring masih ada di antara orang tua siswa yang menilai belum optimal.
Penanaman Disiplin
Kendati demikian, jangan mudah menyerah dengan keadaan karena masih banyak cara untuk mengatasinya, antara lain penanaman disiplin protokol kesehatan kepada siswa/siswi di sekolah.
Dalam hal ini, perlu peran serta pemangku kepentingan internal pendidikan, mulai dari guru, staf administrasi sekolah, siswa, hingga orang tua murid.
Sebagai contoh Sekolah Alam Tangerang (SAT), Provinsi Banten. Sekolah di bawah naungan pembinaan Yayasan Harmoni Alam Semesta ini telah membentuk Gugus Tugas Penanganan COVID-19 yang diketuai Dr Adam Yudiar.
Untuk membentuk kebiasaan pada masa adaptasi kebiasaan baru, tim Satgas Penanganan COVID-19 SAT melakukan kegiatan edukasi secara rutin kepada seluruh pemangku kepentingan sekolah, baik dalam bentuk dongeng, webinar, simulasi, kuis daring (quiz online), maupun melalui modul pembelajaran siswa.
Melalui serangkaian edukasi tersebut, diharapkan guru, siswa, dan orang tua tidak canggung lagi menerapkan protokol kesehatan sejak dari rumah, di perjalanan menuju sekolah, di sekolah, hingga kembali lagi ke rumah.
Untuk memotivasi di kalangan pelajar, setiap pekan SAT memberi piagam penghargaan "Pahlawan Setop COVID Terbaik" kepada pelajar yang disiplin menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan form "Kartu Setop COVID Sekolah Alam Tangerang".
Baca juga: Mendikbud: Daerah tak ada jaringan internet bisa belajar tatap muka
Dalam form "Kartu Setop COVID" tercatat moto: Saya aman dan mengamankan orang lain; Saya sehat dan menyehatkan orang lain; Bersama Allah, kita bisa.
Setiap hari, siswa/siswi SAT mengisi Kartu Setop COVID dengan menulis namanya, hari/tanggal, kelas, serta jam datang dan jam pulang. Selain itu, mereka juga menulis nama tempat yang mereka kunjungi.
Kartu Setop COVID ini juga merupakan komitmen siswa/siswi yang menyatakan kesiapan menjaga jarak minimal 2 meter di luar kelas dan menjaga jarak minimal 1,5 meter di dalam kelas.
Karena setiap hari mereka menyerahkan salinan kartu itu ke sekolah, pihak SAT mengetahui kondisi kesehatan anak didiknya berdasarkan isian yang menyangkut dengan pertanyaan "Kondisi kesehatan sahat ini: sehat/tidak sehat".
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, kartu ini digantikan dengan pengisian melalui Google Form. Hal ini untuk menghindari kontak fisik antara siswa dan guru melalui kartu tersebut.
Ada beberapa Google Form yang dibuat tim Satgas COVID SAT. Siswa dan guru diminta mengisi Google Form sebelum datang ke sekolah. Hal ini sekaligus untuk menentukan apakah yang bersangkutan boleh datang ke sekolah atau tidak.
Selain itu, ada pula Google Form setelah kegiatan, yang mengukur penguasaan yang bersangkutan terhadap berbagai protokol kesehatan yang telah dibuat tim Satgas COVID SAT.
Tim juga telah membuat quiz online menggunakan aplikasi di quizziz.com. Kuis daring ini dibuat untuk menguji penguasaan siswa terhadap segala aspek yang berhubungan dengan protokol kesehatan.
Baca juga: Sekolah di Aceh yang ditutup karena abaikan prokes dibuka kembali
Kuis ini dilengkapi dengan grafis yang menarik serta sistem kompetisi menggunakan angka dan peringkat (ranking) peserta sehingga membuat siswa bersemangat menguasai semua protokol kesehatan.
Bagi siswa/siswi yang menerima piagam penghargaan yang diteken Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID SAT dan Ketua Yayasan Harmoni Alam Semesta Andri Fajria ini berhak mendapatkan voucher makanan dan minuman di Warung Harmoni SAT.
Ceklis Perlengkapan
Pihak sekolah juga akan tahu apakah mereka membawa perlengkapan yang tercantum dalam "Ceklis Perlengkapan Pahlawan Setop COVID", seperti masker, pelindung wajah (face shield), dan penyanitasi tangan (hand sanitizer).
Berikutnya, disinfektan semprot, tisu kering, tisu basah, 2 kantong kertas (paper bag) untuk penyimpanan masker bersih dan masker yang akan dipakai kembali, kantong tempat masker kotor, dan perlengkapan pribadi berupa alat tulis, alat makan, dan alat shalat.
Selain itu, pihak sekolah juga mengetahui tingkat kepatuhan mereka menerapkan protokol kesehatan dengan melihat "Ceklis Aktivitas Pahlawan Setop COVID". Misalnya, apakah mereka memakai masker dan pelindung wajah, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Siswa/siswi di sekolah alam ini juga rutin cek suhu, kemudian mengisi form secara jujur apakah suhunya di atas 37,3 derajat Celsius atau di bawah ketentuan maksimal.
Poin penilaian lainnya terkait dengan rajin cuci tangan menggunakan sabun selama 20 detik sebelum masuk dan setelah keluar kelas, sebelum dan sesudah berkegiatan di toilet, sebelum dan sesudah makan, serta sebelum masuk rumah
Baca juga: Sekolah tatap muka, Usakti siapkan SOP sosialisasi prokes
Setelah cuci tangan, mereka diminta keringkan tangan menggunakan tisu kering yang langsung dibuang, atau handuk/saputangan pribadi.
Ketika di lingkungan kelas, selalu berusaha berdiri di tempat yang sudah diberi tanda. Poin berikutnya, mengingatkan orang lain untuk berdiri di tempat yang sudah diberi tanda (jaga jarak).
Selanjutnya, membuka masker tiap 30 menit selama 1 menit di ruang terbuka (out door) dengan jaga jarak dengan temannya 4 meter. Membuka masker dari arah telinga, bukan dari depan.
Ketentuan lain agar mereka menerima piagam penghargaan Pahlawan Setop COVID Terbaik, yakni mengganti masker bila sudah basah atau kotor, lalu menyimpan masker bekas pakai di kantong khusus.
Setibanya mereka di rumah, cuci tangan sebelum masuk, kemudian menyemprot disinfektan barang-barang pribadi, buang semua sampah sebelum masuk rumah, langsung mandi.
Dijelaskan oleh Andri Fajria, siswa/siswi yang layak mendapat "gelar" Pahlawan Setop COVID jika jumlah ceklisnya antara 15 dan 19. Apabila antara 8 dan 14 ceklis, pihak sekolah meminta yang bersangkutan untuk memperbaiki lagi.
Sementara itu, 0 sampai 7 ceklis, siswa/siswi bersangkutan untuk berlatih di rumah.
Apa yang dilakukan Sekolah Alam Tangerang dalam penanaman disiplin protokol kesehatan terhadap anak-anak yang masih duduk di sekolah dasar ini perlu ditiru oleh sekolah lainnya agar meminimalkan angka kasus COVID di Tanah Air.
Kiat penegakan disiplin protokol kesehatan di lingkungan sekolah
Selasa, 16 Februari 2021 12:18 WIB