Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan wakaf uang memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia, yang potensinya bisa mencapai Rp180 triliun setiap tahunnya.
Wapres mengatakan praktik wakaf di Indonesia mulai bergeser, dari yang awalnya pada benda tidak bergerak menjadi benda produktif dan bernilai ekonomi.
"Kini wakaf dapat dilakukan melalui benda yang dinilai lebih produktif dan memiliki nilai ekonomi serta memudahkan siapa saja untuk berwakaf, yaitu melalui wakaf uang," jelasnya.
Baca juga: Wapres: Selain ibadah, wakaf berperan dorong pembangunan negara
Untuk mengoptimalkan gerakan wakaf secara berkelanjutan tersebut, Wapres mengatakan seluruh pihak berkaitan harus memperhatikan peningkatan literasi, pengembangan teknologi pengelolaan wakaf serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang wakaf.
Terkait literasi wakaf, Wapres mengatakan masyarakat Indonesia masih kurang memahami pentingnya wakaf dan memiliki persepsi keliru tentang wakaf.
"Sebagian besar persepsi wakaf masyarakat Indonesia masih bersifat tradisional, wakaf hanya berorientasi pada aset seperti tanah, gedung dan lain-lain, sehingga wakaf hanya dilakukan oleh golongan orang tua dan kaum the haves atau golongan berada," kata Wapres.
Selain itu, perkembangan teknologi 4.0 juga memaksa masyarakat, khususnya di kondisi pandemi, untuk mengubah perilaku dari secara manual atau tatap muka menjadi sistem digital.
"Dibutuhkan sistem digital agar transaksi menjadi lebih mudah, transparan, dan terjaga akuntabilitasnya," tambahnya.
Terakhir, SDM dengan kompetensi khusus untuk mengelola wakaf secara lebih profesional perlu dilakukan agar mendapatkan kepercayaan publik.
"Untuk menghasilkan sumber daya manusia berkompeten di bidang wakaf, kiranya perlu didukung oleh pemerintah setempat ataupun lembaga filantropi yang menaunginya," ujarnya.
Baca juga: Wapres: Digitalisasi UMKM strategis untuk pemulihan ekonomi
Baca juga: Wapres harap tekad memajukan UMKM tak pernah surut meski pandemi