Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan menguat seiring sinyal tapering atau pengetatan stimulus oleh bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), akan dilakukan tahun ini.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Senin, mengatakan, pergerakan rupiah akan banyak dipengaruhi oleh faktor global.
Menurut Rully, pasar merespons positif sinyal dari Gubernur The Fed Jerome Powell dalam simposium Jacskon Hole pada akhir pekan lalu.
"Powell memberikan sinyal bahwa akan mulai melakukan tapering di akhir tahun 2021, sejalan dengan perbaikan ekonomi AS yang terus berlanjut, dan ini sudah banyak diantisipasi oleh pasar dalam beberapa bulan terakhir," ujar Rully.
Baca juga: Powell: Federal Reseve AS bisa mulai tapering beli aset tahun ini
Dari dalam negeri, jumlah kasus harian COVID-19 pada Minggu (29/8) telah mencapai di bawah 10.000 kasus di mana bertambah 7.427 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,07 juta kasus.
Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 551 kasus sehingga totalnya mencapai 131.923 kasus. Sementara itu, jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 16.468 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 3,72 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 217.590 kasus.
Terkait vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 61,65 juta orang dan vaksin dosis kedua 34,86 juta orang dari target 208 juta orang.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi menguat ke kisaran Rp14.395 per hingga Rp14.463 per dolar AS.
Pada Jumat (27/8) kemarin, rupiah ditutup stagnan atau sama dengan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.418 per dolar AS.
Baca juga: Dolar AS merosot setelah pidato Powell