Jambi (ANTARA) - Nelayan udang kipas Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) Provinsi Jambi harus melaut hingga ke perairan Air Hitam di kawasan perbatasan Sumatera Selatan untuk menyiasati penurunan tangkapan udang jenis itu di perairan Jambi.
"Udang kipas sudah mulai sulit dicari, banyak nelayan dari Tanjabbar yang mencari udang ke kawasan Air Hitam, perbatasan antara Provinsi Jambi dengan Sumatera Selatan," kata nelayan udang kipas Effendy di Kualatugkal Tanjabbar, Senin.
Sulitnya mencari udang kipas tersebut dikarenakan arus air laut di perairan timur Jambi saat ini kurang deras. Nelayan di daerah itu menyebutkan dengan istilah "air mati".
Effendy menjelaskan, proses penjaringan udang kipas di laut tersebut dilakukan saat terjadi pasang surut di lautan. Dimana udang-udang kipas yang berada di dasar laut terbawa arus air laut dan tersangkut pada jaring yang dipasang nelayan.
Sementara bila arus air laut tidak deras udang kipas tersebut tidak terbawa arus dan kemungkinan udang tersangkut di jaring nelayan sangat kecil.
"Di musim seperti ini banyak nelayan tidak ke laut, jika ada yang ke laut mereka mencari ke daerah lain, seperti ke perbatasan Jambi dan Sumatera Selatan tadi," kata Effendy.
Sementara itu harga jual udang kipas di tingkat nelayan saat ini juga sedang turun. Dimana untuk satu ekor udang kipas berkisar dari harga Rp25 ribu hingga Rp50 ribu tergantung ukuran udang. Biasanya harga udang kipas tersebut berkisar Rp50 ribu hingga Rp100 ribu tergantung ukuran udang.
Udang kipas dari Kabupaten Tanjabbar merupakan salah satu andalan ekspor Provinsi Jambi. Dari Tankabbar Jambi udang kipas tersebut sebagian besar dikirim ke Jakarta, yang selanjutnya diekspor ke Singapura, Tiongkok dan sejumlah negara lainnya.
Sejumlah nelayan Tanjabbar cari udang kipas hingga perbatasan Sumsel
Senin, 28 Februari 2022 20:37 WIB