Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) melalui subholding PT Pertamina New Renewable Energy (NRE) telah merumuskan strategi untuk mewujudkan transisi energi di Indonesia dan meraih posisi sebagai salah satu pemain utama energi hijau di tingkat global.
Dekarbonisasi atau emisi nol persen menjadi tekad banyak negara sebagai upaya memerangi pemanasan global yang semakin mengancam keberadaan bumi dan umat manusia. Sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan menargetkan emisi nol persen pada 2050. Sedangkan, Indonesia memiliki target yang sama pada 2060.
Sebagai langkah awal, pemerintah mencanangkan target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030. Jika ada bantuan dari dunia internasional, maka penurunan emisi gas rumah kaca itu bisa mencapai 41 persen pada 2030.
Pada saat yang sama, pemerintah telah mengesahkan target baru yang didominasi oleh energi hijau di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, dalam upaya untuk mencapai bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025, serta Rencana Umum Ketenagalistrikan 2019-2038 yang menargetkan bauran energi sebesar 28 persen pada 2038 dan 31 persen pada 2050.
Pertamina yang menjadi salah satu pemain utama dalam pemenuhan komitmen pemerintah dalam soal energi hijau menargetkan 17 persen energi bersih dalam portofolio bisnis Pertamina pada 2030.
Melalui Pertamina NRE telah ditetapkan target kapasitas energi bersih sebesar 10 gigawatt pada 2026. Jumlah itu meliputi lima gigawatt pembangkit gas, empat gigawatt energi terbarukan (di dalamnya termasuk panas bumi), serta satu gigawatt energi baru seperti hidrogen hijau, kendaraan listrik, nature climate solution, dan lainnya.
"Mayoritas portofolio hijau tersebut berada dalam pengelolaan Pertamina NRE beserta anak-anak usaha dan afiliasinya. Semua target yang dicanangkan akan dicapai dengan kolaborasi, baik dengan internal grup Pertamina maupun perusahaan lainnya yang memiliki visi selaras," jelas Dannif.
Pencapaian target-target tersebut akan dilakukan oleh Pertamina NRE melalui anak usaha dan afiliasi, seperti halnya pengembangan panas bumi, hidrogen hijau dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang sudah memiliki kapasitas terpasang 672 megawatt operasi sendiri, dan pengembangan gas to power dilakukan oleh PT Jawa Satu Power dan PT Jawa Satu Regas contohnya proyek Jawa-1 dengan kapasitas 1,8 gigawatt.
Sedangkan untuk pemenuhan target ekosistem kendaraan listrik, Pertamina NRE bersama holding perusahaan tambang pemerintah MIND ID, PT Aneka Tambang, dan PT PLN tergabung dalam Indonesia Battery Corporation (IBC). Perusahaan ini difokuskan untuk bergerak di industri baterai dari hulu ke hilir mulai dari penyediaan baterai untuk kendaraan listrik, stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), dan ekosistem pendukung lainnya.
Kolaborasi itu diharapkan bisa mendorong transisi di sektor transportasi, dari BBM fosil ke kendaraan listrik.
Dalam rangka mewujudkan transisi energi yang dimulai dari halaman sendiri, Pertamina NRE telah melakukan kolaborasi dengan subholding lain ataupun afiliasi Pertamina lainnya untuk menyediakan sumber energi hijau.
Perusahaan sudah mengoperasikan PLTS Badak dengan kapasitas empat megawatt pada 2019. Selain itu, masih ada PLTS Dumai berkapasitas dua megawatt, PLTS Cilacap 1,34 megawatt, dan PLTS Atap di 141 SPBU.
Di samping mengembangkan di halaman sendiri, Pertamina NRE juga mendukung program pemerintah berupa kluster industri hijau dengan membangun PLTS di Kawasan Sei Mangkei dua megawatt, PLTBg Sei Mangkei 2,4 megawatt, melakukan layanan operasi dan pemeliharaan di PLTBg Kwala sawit, serta Pagar Merbau dua megawatt.
Perusahaan juga bekerja sama dengan BPPT untuk menyelesaikan pembangunan PLTP Binary di Tomohon, Sulawesi Utara sebagai proyek percontohan PLTP skala kecil.
Kementerian BUMN selaku pemegang saham Pertamina akan menjadikan perusahaan minyak dan gas ini sebagai pemimpin transisi energi di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu perusahaan penyedia energi hijau terkemuka di tingkat global. Dekarbonisasi merupakan komitmen Indonesia dalam Persetujuan Paris yang disepakati oleh 196 negara pada 15 Desember 2015.
Baca juga: PLN garap ladang panel surya seluas 1,46 hektare di Sulawesi Selatan
Baca juga: G20 momen bagus fokus pada pendanaan untuk transisi energi hijau
Baca juga: Presiden sebut energi hijau sebagai kekuatan Indonesia