Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia telah mengubah jati diri dari negara eksportir bahan mentah menjadi negara industri tangguh berwawasan lingkungan, sekaligus menandakan sedang berlangsungnya transformasi ekonomi besar-besaran.
Presiden menekankan revitalisasi industri harus berkesadaran lingkungan karena Indonesia dan negara-negara lain sedang menghadapi ancaman perubahan iklim. Perubahan iklim akan berdampak besar bagi kehidupan seluruh warga dunia.
Baca juga: Presiden: Indonesia tidak boleh terjebak penyakit rendah diri
Oleh karena itu, katanya, perlu ada keseimbangan antara kesejahteraan dan pemeliharaan lingkungan dengan menerapkan ekonomi hijau.
"Kita harus menyeimbangkan antara aspek kesejahteraan dengan aspek lingkungan dengan penerapan ekonomi hijau secara konsisten dan berkelanjutan," ujarnya.
Menurut Presiden, gagasan untuk bertransformasi menjadi negara industri akan mengusik pihak-pihak yang selama ini kerap melakukan impor.
“Ini pasti mengganggu negara lain yang merasa Indonesia tidak menjadi pasar yang menguntungkan bagi produk-produk mereka,” ujarnya.
Meski demikian, Presiden menekankan sikap Indonesia tetap terbuka untuk bekerja sama dengan negara manapun asalkan kerja sama tersebut setara dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
Baca juga: Presiden: Pemindahan Ibu Kota Negara wujudkan Indonesia sentris
Baca juga: PP Muhammadiyah apresiasi Presiden Jokowi kunjungi Buya Syafii
“Sebesar-besarnya dipakai untuk kemakmuran, kesejahteraan masyarakat Indonesia, memperkuat kapasitas ekonomi nasional menjadi negara yang kuat, dan tangguh,” ucap Presiden.
Upaya transformasi itu, kata Presiden, membutuhkan dukungan dari seluruh elemen bangsa.
Oleh karena itu, Kepala Negara berharap seluruh pengurus dan kader PA GMNI dapat menjadi simbol persatuan, kesatuan bangsa, dan lokomotif penggerak transformasi bangsa.
“Transformasi bangsa menuju Indonesia Maju yang berdaulat berdikari dan berkepribadian,” tukas Presiden.