Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat seiring pelaku pasar yang menunggu rincian kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).
"Dolar AS melemah karena outlook ketidakpastian ekonomi AS pasca-perilisan data tenaga kerja yang dipandang sebagai tanda-tanda pelemahan ekonomi negara tersebut," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.
Reli dalam indeks dolar AS juga tampaknya telah berhenti pada Selasa karena para pedagang menunggu rincian lebih lanjut tentang jalur kebijakan moneter AS.
The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan laju kenaikan suku bunga pada bulan ini.
Laporan pekerjaan AS menunjukkan ada penambahan 315.000 pekerjaan pada Agustus atau sesuai estimasi konsensus dengan tingkat pengangguran naik menjadi 3,7 persen (yoy) atau di atas estimasi.
Laporan pekerjaan tersebut dinilai krusial karena akan menjadi bahan pertimbangan The Fed sebelum menaikkan suku bunga pada pertemuan September.
Bank sentral AS yang akan mengadakan pertemuan kebijakan suku bunga pada 21-22 September mendatang diekspektasi akan kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 75 basis poin.
Sejumlah pejabat The Fed menyebutkan perlunya kenaikan suku bunga untuk menekan tingkat inflasi yang masih tinggi.
Sementara Gubernur The Fed Jerome Powell menyebutkan keterbukaan pada tingkat suku bunga yang tinggi untuk sementara waktu yang lebih lama sebagai jaminan menekan inflasi di AS.
Pada Senin (5/9) lalu rupiah ditutup melemah 11 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.907 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.896 per dolar AS.