Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore melemah, seiring fokus pelaku pasar yang mulai tertuju pada pertemuan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed).
"Data ekonomi AS dan kebijakan moneter The Fed untuk pekan depan menjadi fokus pasar, setelah rangkaian data ekonomi AS yang belum menunjukkan kondisi ekonomi yang membaik memicu spekulasi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang lebih tinggi dari sebelumnya," tulis Tim Riset Monex Investindo dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.
Setelah rilis data inflasi AS pada pekan ini, sebagian pelaku pasar terpicu pada spekulasi kenaikan suku bunga acuan yang agresif hingga 100 basis poin untuk kenaikan suku bunga September nanti.
Kendati demikian, mayoritas pelaku pasar memprediksi kenaikan suku bunga acuan The Fed hanya sebesar 75 basis poin (bps) pada bulan ini.
Dolar AS menguat di tengah terjaganya prospek kenaikan suku bunga oleh The Fed, khususnya setelah perilisan data penjualan ritel AS yang rebound pada Agustus.
Sentimen tersebut memperkuat pandangan pasar sejak perilisan data inflasi konsumen AS Agustus yang menunjukkan kenaikan, yang memperbesar peluang bahwa bank sentral AS memiliki alasan yang cukup untuk umumkan kenaikan suku bunga sebesar 75 bps pada pekan depan.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.930 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.921 per dolar AS hingga Rp14.966 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat melemah ke posisi Rp14.939 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.899 per dolar AS.