Jakarta (ANTARA) - Pekan lalu, laporan mingguan COVID-19 secara global mencapai posisi kasus terendah sejak Maret 2020. Dunia dalam posisi terbaik untuk mengakhiri pandemi.
Pada 14 September 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis enam ringkasan kebijakan singkat mengenai tindakan yang harus dilakukan pemerintah di seluruh dunia untuk mengakhiri pandemi.
Tindakan itu merupakan rangkuman berbasis bukti dan pengalaman selama 32 bulan terakhir mengenai cara terbaik untuk menyelamatkan hidup, melindungi sistem kesehatan, dan menghindari gangguan sosial dan ekonomi.
Pertama, vaksinasi COVID-19 untuk grup prioritas, termasuk tenaga kesehatan dan lanjut usia, harus memenuhi setidaknya 97 persen dari total populasi.
Kedua, WHO mensyaratkan terus melakukan testing dan sekuensing untuk COVID-19, integrasi surveilans dan pelayanan testing, termasuk untuk gangguan respiratori lainnya, seperti influenza.
Ketiga, memastikan setiap negara memiliki sistem untuk memberikan pelayanan pada pasien dan mengintegrasikan pelayanan COVID-19 dengan sistem pelayanan kesehatan di tingkat primer.
Keempat, mempersiapkan lonjakan kasus dengan memastikan seluruh negara telah memiliki fasilitas dan tenaga kesehatan yang dibutuhkan.
Kelima, terus melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi, melindungi petugas kesehatan dan pasien COVID-19 di fasilitas kesehatan.
Keenam, berkomunikasi secara jelas dengan masyarakat terkait perubahan apapun dalam kebijakan COVID-19 disertakan alasan, dan melatih nakes untuk mengidentifikasi dan menyampaikan informasi tersebut dan mengembangkan informasi yang berkualitas tinggi dalam format digital.
Jika melihat situasi secara global, tren peningkatan kasus COVID-19 sedang dialami empat negara karena pengaruh dominasi Subvarian Omicron BA.5,
Negara yang dimaksud di antaranya Rusia mencapai 43.261 kasus positif harian dengan dominasi BA.5 mencapai 99 persen. Selanjutnya, Taiwan berkisar 27.568 kasus dengan dominasi BA.5 mencapai 100 persen.
Hong Kong berada di urutan ketiga dengan tren kasus terakhir berkisar 8.772 kasus dengan varian dominan BA.5 mencapai 85 persen. Sedangkan di China mencapai 1.588 kasus dengan dominasi BA.2.75 mencapai 50 persen.
Vaksinasi
Dilansir dari laporan analisa Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI per 15 September 2022, Indonesia berada pada situasi pandemi yang relatif terkendali jika dibandingkan empat negara tersebut.
Jumlah orang positif harian berkisar 2.631 kasus yang teridentifikasi dari 33.775 orang yang ditesting. Tapi, tingkat positivity rate Indonesia masih di atas standar WHO, berkisar 7,85 persen dari yang ditetapkan maksimal 5 persen.
Pada angka kematian mengalami penurunan jumlah dalam sepekan sebelumnya berkisar 17 jiwa atau 2,47 persen. Pun dengan keterisian rumah sakit yang berada pada taraf wajar berkisar 2.999 pasien dalam sepekan.
Indonesia masih menyisakan tujuh provinsi yang kini sedang mengalami tren peningkatan laju kasus, di antaranya Papua Barat, Sulawesi Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Jambi dan Sulawesi Tengah.
Sementara tren kasus di Pulau Jawa-Bali sudah melampaui masa puncak dan mengalami penurunan tren kasus mingguan secara konsisten.
Untuk berkontribusi mengakhiri pandemi, Indonesia masih menyisakan pekerjaan rumah pada cakupan vaksinasi kepada 21,55 juta jiwa lansia. Capaian dosis 1 berkisar 18,36 juta jiwa atau setara 85,19 persen, dosis 2 mencapai 14,86 juta jiwa atau 68,88 persen, dan dosis ketiga 6,61 juta jiwa atau 30,70 persen.
Sedangkan vaksinasi untuk 1,46 juta tenaga kesehatan telah melampaui 100 persen kepesertaan.
Update vaksinasi secara umum hingga 15 September 2022, dosis 1 mencapai 203,92 juta peserta atau 86,90 persen, dosis 2 sebanyak 170,55 juta peserta atau 72,68 persen dan dosis 3 atau booster mencapai 62.080.191 peserta atau 26,45 persen dari total keseluruhan sasaran 234,66 juta orang.
Cakupan vaksinasi saat ini melandai. Per 15 September 2022, total peserta vaksinasi berkisar 56.023 peserta. Jumlah itu menurun drastis dari situasi menjelang mudik Lebaran 2022 pada Maret-April yang bisa menembus hampir 1,4 juta peserta per hari.
Sejak vaksinasi bergulir pada 22 Januari 2022, baru Provinsi Bali, DKI Jakarta dan Kepulauan Riau yang menempati posisi tertinggi cakupan vaksinasi di atas 50 persen.
Upaya akselerasi dilakukan dengan membuka kembali sentra-sentra vaksinasi terutama di tempat-tempat publik agar bisa kembali menarik minat masyarakat.
Kemenkes juga menggalang strategi jemput bola guna mendekatkan layanan vaksinasi kepada sasaran terutama kelompok rentan yang kesulitan mengakses sentra vaksinasi.
Selain vaksinasi, testing di Indonesia masih mengalami penurunan dalam sepekan terakhir sebesar 10,39 persen dengan laju rata-rata harian berkisar 69.036 sampel. Sedangkan ketentuan testing WHO 1:1000 atau berkisar 270 ribu sampel per pekan jika dikonversi pada populasi di Indonesia.
Sedangkan pada upaya mengantisipasi pandemi di masa depan, Indonesia mulai mengembangkan vaksin dalam negeri dengan merek dagang Inavac dan Indovac yang diperkirakan rilis pada akhir 2022.
Tantangan
Kalangan epidemiolog memastikan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 masih akan bersirkulasi di tengah masyarakat, meskipun pandemi telah dinyatakan berakhir.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut subvarian Omicron BA2.75.2 salah satu yang berpotensi memperpanjang durasi gelombang keempat pandemi COVID-19 di Indonesia karena kemampuan menghindar dari imunitas vaksin.
Kewaspadaan perlu dilakukan seluruh pihak, khususnya pada kejadian orang tanpa gejala (OTG) atau asimptomatis yang saat ini terdeteksi mencapai 80 persen dari total pasien yang terinfeksi di Indonesia.
Setidaknya, 60 persen dari kasus transmisi atau penularan itu terjadi dari kasus yang tidak bergejala.
Selain itu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memprediksi imunitas tubuh masyarakat akan menurun pada awal 2023, sehingga diperlukan akselerasi vaksinasi yang ditargetkan menembus 100 juta peserta tahun depan.
Tantangan menuju endemi di dunia juga memerlukan pengembangan ilmu dan pengetahuan mengingat masih cukup banyak hal yang belum sepenuhnya dikuasai setiap negara dan tetap harus waspada agar situasi tetap baik dan mengantisipasi kemungkingan pandemi berikutnya.
Endemi sudah di depan mata. Bangsa Indonesia perlu mengambil peran bersama masyarakat dunia untuk konsisten mengawal capaian pandemi yang terkendali saat ini. Sebab jika tidak, bisa saja apa yang dikatakan WHO tidak jadi kesempatan emas bagi masyarakat dunia.