Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyelenggarakan Seminar Internasional Melayu dalam Jaringan Perdagangan Rempah Dunia, di Unja, Senin (19/9).
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, Selasa (20/9) mengatakan, alur Rempah sangat berperan penting dalam membentuk sejarah Indonesia hari ini, bukan hanya di masa kolonial, tetapi juga masa prakolonial.
" Penting bagi kita untuk menelusuri sejarah yang cukup jauh ke belakang, melihat ikatan dan saling keterhubungan yang ada di dalam masyarakat yang sudah berlangsung berabad-abad, jauh sebelum adanya nasionalisme modern," katanya.
Dia mengatakan, sangat penting berdiskusi mendalami seperti apa dunia Melayu di dalam jalur perdagangan rempah dunia.
"Diskusi dalam seminar ini juga membawa kita pada pembicaraan tentang jalur rempah dan peluangnya bagi masa depan," katanya.
Melalui jalur rempah, kata dia, bukan saja berkaitan dengan perdagangan
rempah saja, tetapi ada pertukaran pengetahuan di sana, ada pula interaksi kultural yang terjadi sehingga membentuk satu jaringan yang sangat kuat masa itu.
“Kemampuan seperti ini tentu menjadi modal bagi kita hari ini melihat bagaimana di masa lalu orang sudah mampu untuk membangun hubungan yang kuat satu sama lain, sekarang dengan kemudahan teknologi, transportasi, komunikasi , dst. Harusnya justru semakin kuat,” jelas Hilmar Farid.
Hilmar mengatakan bahwa saat ini salah satu industri yang perkembangannya paling pesat di dunia adalah industri wellness dan industri ini bertolak dari pengetahuan masyarakat tentang lingkungan yang terkait dengan kesehatan.
“Indonesia dalam hal ini adalah gudangnya, industri yang tumbuh pesat ini tentu merupakan peluang bagi Indonesia untuk menempatkan diri secara strategis di dunia,” ujarnya.
Salah satu pemateri, yakni Universitas Airlangga, Dr. Pinky Saptandari mengatakan, bahwa rempah merupakan bagian dari kebudayaan, membawa pesan dan cerita tentang kenikmatan, kecantikan, kebugaran, dan kesehatan bagi dunia.
“Rempah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari siklus hidup manusia, mulai dari kelahiran, tumbuh-kembang, dewasa, menikah, melahirkan, hingga kematian,” katanya.
Menurut Pinky, rempah yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari, tidak hanya menjadi urusan personal, tetapi juga menjadi urusan sosial serta ekonomi.
Pinky menegaskan, rempah turut merawat, memperkuat, dan merayakan keberagaman budaya dalam hal gastronomi, kebugaran dan kesehatan, serta kecantikan dan seksualitas. Rempah kemudian menjadi suatu upaya untuk merawat memori kolektif kita tentang tradisi kuliner dan budaya lokal yang pernah disinggahi.
"Terakhir, kalau kita bisa memanfaatkan rempah, kita juga memajukan perekonomian bangsa melalui UMKM," katanya menambahkan.