Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore menguat menyusul meredanya ekspektasi kenaikan suku bunga yang agresif oleh bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
"Rupiah menguat terutama disebabkan dolar AS yang melanjutkan pelemahan oleh meredanya ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Fed setelah data tenaga kerja Jumat kemarin menunjukkan kenaikan pada tingkat pengangguran yang di atas perkiraan," kata analis DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam meningkat menjadi 3,7 persen pada Oktober dibandingkan 3,5 persen pada September.
Namun, lanjut Lukman, pada siang tadi penguatan nilai tukar rupiah terbatas oleh dolar AS yang berbalik naik.
"Data pertumbuhan PDB kuartal III 2022 Indonesia yang kemarin juga sangat solid walau sedikit di bawah perkiraan, turut mendukung rupiah," ujar Lukman.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia berhasil tumbuh tinggi pada triwulan III 2022, yakni 5,72 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) atau lebih tinggi dari triwulan II-2022 yang sebesar 5,45 persen (yoy).
Tren pertumbuhan ekonomi secara tahunan meningkat secara persisten selama empat kuartal berturut-turut, dengan tumbuh di atas 5 persen sejak triwulan IV 2021.
"Faktor penggerak rupiah masih dolar AS, dengan investor cenderung wait and see menantikan data inflasi AS hari Kamis lusa," kata Lukman.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp15.670 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.670 per dolar AS hingga Rp15.703 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menguat ke posisi Rp15.684 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.692 per dolar AS.