New York (ANTARA) - Dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena pelaku pasar mencerna data penggajian non-pertanian AS terbaru dan setelah seorang pejabat Federal Reserve mengatakan kenaikan suku bunga kemungkinan akan melambat.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0537 dolar AS dari 1,0522 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris meningkat menjadi 1,2289 dolar AS dari 1,2257 dolar AS pada sesi sebelumnya.
Dolar AS dibeli 134,47 yen Jepang, lebih rendah dari 135,24 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9377 franc Swiss dari 0,9367 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3463 dolar Kanada dari 1,3427 dolar Kanada. Dolar AS meningkat menjadi 10,3254 krona Swedia dari 10,3088 krona Swedia.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Jumat (2/12) bahwa pemberi kerja negara itu menambahkan 263.000 pekerjaan pada November, turun dari revisi naik Oktober 284.000, tetapi lebih tinggi dari perkiraan konsensus 200.000. Tingkat pengangguran tidak berubah pada 3,7 persen.
"Kenaikan data gaji yang solid lainnya, tetapi satu bulan lagi dengan pekerjaan yang ditambahkan lebih sedikit dari bulan sebelumnya," Chris Low, kepala ekonom di FHN Financial, mengatakan dalam sebuah catatan pada Jumat (2/12).
"Tidak ada dalam laporan ini yang akan memaksa Fed dengan satu atau lain cara," katanya. “Artinya, tidak ada alasan untuk lebih agresif dalam menaikkan suku bunga, tapi juga tidak ada alasan untuk berhenti mendaki juga.”
"Perekrutan yang lebih kuat dari perkiraan dapat memberi Fed lebih banyak waktu untuk tetap agresif," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera di Washington.
Sementara itu, Presiden Fed Chicago Charles Evans mengatakan bahwa laju kenaikan suku bunga kemungkinan akan melambat, tetapi menambahkan bahwa bank sentral AS kemungkinan akan perlu menaikkan biaya pinjaman ke puncak "sedikit lebih tinggi" daripada yang diperkirakan dalam perkiraan mulai September.