Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita Jakarta, Dimas Dwi Saputro mengatakan terdapat beberapa gejala tuberkulosis (TBC) yang perlu diwaspadai ketika terjadi pada anak, termasuk demam dalam waktu lama dan berat badan turun.
Selain itu, gejala lain anak telah terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC adalah berat badan yang terus turun selama periode dua bulan lebih meski sudah dilakukan perbaikan gizi.
Gejala lain adalah anak mudah lemas dan lesu yang menyebabkan berkurangnya aktivitas.
"Kalau ada empat gejala ini, sudah coba diintervensi tapi tidak ada hasilnya, kita harus berpikir jangan-jangan ada TBC pada anak ini," jelasnya.
Ketika mengalami beberapa gejala tersebut maka anak selanjutnya dapat melakukan screening atau penapisan untuk memastikan kondisinya. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan bagi anak yang tinggal dengan penderita TBC yang sudah terkonfirmasi.
Pemeriksaan juga perlu dilakukan oleh anak yang sering melakukan kontak erat dengan penderita TBC, meski tidak tinggal serumah.
TBC sendiri dapat tertular kepada melalui droplet atau cairan air liur yang dapat bertahan di udara minimal empat jam. Penularan kebanyakan terjadi dari orang dewasa kepada anak.
Pentingnya penemuan kasus TBC juga menjadi fokus Kementerian Kesehatan, yang menargetkan penyakit itu dapat tereliminasi dari Indonesia pada 2030.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada November 2022 lalu menargetkan mulai Januari 2023 pemeriksaan TBC bisa mencapai 60.000 kasus per bulan.
Kemenkes mencatat bahwa pada 2021 dari target 969 ribu angka TBC baru terdapat 50-60 persen kasus yang ditemukan atau sekitar 500-600 ribu kasus.