New York (ANTARA) - Harga minyak beragam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena pasar menyeimbangkan dolar AS yang lebih lemah dan laporan pekerjaan AS yang bervariasi, tetapi kedua kontrak acuan minyak mentah tersebut mengakhiri minggu pertama tahun ini lebih rendah karena kekhawatiran resesi global.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret menyusut 12 sen atau 0,15 persen, menjadi ditutup pada 78,57 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Untuk minggu ini, Brent dan WTI turun lebih dari 8,0 persen, penurunan mingguan terbesar mereka untuk memulai tahun ini sejak 2016. Kedua harga acuan tersebut telah naik sekitar 13 persen selama tiga minggu sebelumnya.
"Pasar minyak mungkin mendapatkan kembali ketenangan setelah pertumpahan darah awal pekan ini, tetapi potensi kenaikan tetap terbatas, setidaknya dalam waktu dekat. Prospek ekonomi mendung," kata analis PVM, Stephen Brennock.
Aktivitas industri jasa-jasa AS pada November mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam lebih dari 2,5 tahun, menurut laporan dari Institute for Supply Management (ISM).
Tetapi laporan lain menunjukkan ekonomi AS menambahkan pekerjaan yang solid pada Desember, mendorong tingkat pengangguran kembali ke level terendah pra-pandemi sebesar 3,5 persen sehingga pasar tenaga kerja tetap ketat.
Laporan pekerjaan AS itu menyebabkan dolar AS jatuh dan saham global menguat karena investor bertaruh bahwa inflasi mereda dan Federal Reserve AS (Fed) tidak perlu seagresif yang dikhawatirkan banyak orang.
Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak, karena komoditas berdenominasi dolar menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Presiden Federal Reserve (Fed) Atlanta Raphael Bostic mengatakan angka pekerjaan AS terbaru adalah tanda lain bahwa ekonomi secara bertahap melambat dan jika itu terus berlanjut, Fed dapat menurunkan ke kenaikan suku bunga seperempat poin persentase pada pertemuan kebijakan berikutnya.
Eksportir minyak mentah utama dunia, Arab Saudi, menurunkan harga minyak mentah ringan Arab yang dijualnya ke Asia ke level terendah sejak November 2021 di tengah tekanan global yang memukul minyak.
Pasar saham di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, mencatatkan kenaikan beruntun selama lima hari pada Jumat (6/1/2023) di tengah ekspektasi investor bahwa ekonomi China akan segera bangkit dari kesengsaraan akibat COVID dan melakukan pemulihan yang kuat pada 2023.
Tetapi, lebih banyak negara di seluruh dunia meminta pengunjung dari China melakukan tes COVID, beberapa hari sebelum China melepaskan kontrol perbatasan dan mengantarkan kembalinya perjalanan yang ditunggu-tunggu untuk populasi yang sebagian besar telah terjebak di rumah selama tiga tahun.
Inflasi zona euro jatuh bulan lalu tetapi tekanan harga yang mendasari masih meningkat dan indikator pertumbuhan ekonomi secara mengejutkan jinak, menunjukkan bahwa Bank Sentral Eropa akan terus menaikkan suku bunga untuk beberapa bulan mendatang.
Pemerintah India memperkirakan pertumbuhan ekonominya melambat pada tahun keuangan yang berakhir Maret, ketika distorsi terkait pandemi mereda dan permintaan yang terpendam untuk tingkat barang memasuki tahun 2023.