Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi hingga minggu keempat Januari 2023 akan mencapai 0,39 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Komoditas utama penyumbang inflasi Januari 2023 sampai dengan minggu keempat adalah bawang merah dan cabai rawit yang masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,06 persen (mtm), cabai merah dan beras yang masing-masing berkontribusi 0,05 persen (mtm), serta rokok kretek filter 0,04 persen (mtm).
Selanjutnya, emas perhiasan juga menyumbang inflasi 0,03 persen (mtm), bawang putih 0,02 persen (mtm), serta tahu mentah, kangkung, nasi dengan lauk, rokok kretek, dan tarif air minum PAM masing-masing 0,01 (mtm).
Sementara itu, Erwin menuturkan ada sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yakni bensin dan angkutan udara dengan kontribusi masing-masing 0,06 persen (mtm), telur ayam ras 0,03 persen (mtm), serta daging ayam ras dan tomat dengan andil masing-masing 0,01 persen (mtm).
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Sebelumnya, Bank Indonesia melaporkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) melakukan operasi pasar murah di 2.638 titik dalam 46 Kantor Perwakilan dalam Negeri (KPwDN) BI pada tahun 2022.
"GNPIP di provinsi, kabupaten, kota, dan seluruh 46 kantor BI terus melakukan pengendalian inflasi pangan di tahun 2022," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda tahun 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa (17/1).
Ia menegaskan ke depannya pengendalian inflasi, khususnya pangan di berbagai daerah terus digencarkan melalui GNPIP, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), dan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP).
Infrastruktur, ketahanan komoditas hortikultura, serta penguatan koordinasi dan komunikasi turut menjadi hal yang diperlukan untuk menekan inflasi.
Berbagai langkah tersebut, lanjut Perry, dilakukan agar kesejahteraan rakyat, daya beli, dan pertumbuhan ekonomi terus meningkat.
"Oleh karena itu sekali lagi mari kita jaga 2023 dengan optimis dan waspada. Mari kita dorong pertumbuhan ekonomi dan kendalikan inflasi," ujarnya.