New York (ANTARA) - Harga minyak tergelincir dalam sesi yang bergejolak pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena berlanjutnya kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global melebihi pembatasan pasokan dan mendorong investor untuk mengambil untung dari kenaikan hari sebelumnya.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April jatuh 1,02 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi menetap pada 83,05 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Fokus di pasar keuangan yang lebih luas dengan kuat pada rilis risalah pertemuan terbaru Federal Reserve AS pada Rabu, setelah data terbaru meningkatkan risiko suku bunga tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Pergerakan harga hari ini "tampaknya lebih bersifat teknis," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group. "Sepertinya kita memudar pada saat yang sama, kekhawatiran lama bahwa dolar akan menjadi kuat dan tentang situasi suku bunga," katanya pula.
Greenback yang lebih kuat membuat minyak berdenominasi dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Di awal sesi, pasar menguat, dengan Brent sempat berbalik positif, setelah survei aktivitas bisnis yang lebih baik dari perkiraan di Eropa dan Inggris menunjukkan prospek ekonomi Eropa yang kurang suram daripada yang ditakuti sebelumnya.
Pada Senin (20/2), harga minyak naik lebih dari satu persen di tengah optimisme atas permintaan China yang diperkirakan para analis akan pulih tahun ini setelah pembatasan COVID-19 dihapuskan.
Kontrak WTI tidak ada penyelesaian pada Senin (20/2) karena hari libur umum di Amerika Serikat, yang juga telah menunda satu hari laporan persediaan minyak mingguan baik dari industri maupun pemerintah AS, masing-masing menjadi Rabu dan Kamis (23/2).
Stok minyak mentah AS telah tumbuh setiap minggu selama sekitar dua bulan, dan diperkirakan dalam jajak pendapat Reuters telah meningkat 1,2 juta barel minggu lalu.
Namun, tanda-tanda pasokan yang lebih ketat memberi dukungan pada harga.
Rusia berencana untuk memangkas produksi minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari, atau sekitar 5,0 persen dari produksinya pada Maret setelah Barat memberlakukan pembatasan harga minyak Rusia dan produk minyak selama invasi Ukraina.
Pemotongan, yang diumumkan bulan ini, hanya akan berlaku untuk produksi Maret untuk saat ini, kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak pada Selasa (21/2), menurut laporan kantor berita.
Rusia adalah bagian dari grup OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang sepakat pada Oktober untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari hingga akhir 2023.