Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Jumat menurun seiring berkembangnya spekulasi di pasar tentang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed lebih lanjut.
"Rupiah kembali menyentuh ke atas Rp15.150 terhadap dolar AS karena lebih dipengaruhi oleh sentimen eksternal terutama setelah dolar AS kembali diminati pasar," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Indeks dolar AS kembali meningkat ke level 103-104 yang mengindikasikan penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama.
Reny mengatakan perkembangan pasar tenaga kerja AS yang membaik di tengah inflasi AS yang dinilai masih tetap tinggi sebesar 6,4 persen, mendorong The Fed masih tetap menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.
Angka inflasi itu masih jauh dari target yang disasar The Fed, yakni sebesar dua persen. Perkembangan tersebut juga meningkatkan spekulasi di pasar bahwa The Fed masih akan meningkatkan suku bunga acuannya pada tahun ini sampai ke terminal rate di kisaran 5,25 persen sampai dengan 5,5 persen.
Selain itu, Reny menuturkan menjelang akhir bulan, data-data domestik cenderung minim sehingga faktor eksternal akan lebih mendominasi pasar.
Menurut dia, sejak awal bulan, rilis data domestik sebenarnya cukup kuat dan membaik, namun tekanan eksternal masih tinggi sehingga mendorong keluarnya aliran dana asing.
Ia memperkirakan rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp15.150 per dolar AS hingga Rp15.245 per dolar AS.
"Sebagai pelaku pasar tentunya kita harus dapat mengantisipasi faktor risiko seperti perubahan policy stance dari The Fed yang akan menimbulkan capital flight dan juga pelemahan perekonomian global," tuturnya.
Pada Kamis (23/2), kurs rupiah ditutup naik delapan poin atau 0,05 persen ke posisi Rp15.192 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.200 per dolar AS.