Jakarta (ANTARA) - Menghisap permen asam sama halnya dengan menjentikkan karet gelang di pergelangan tangan, termasuk teknik pengalih perhatian untuk mencegah kecemasan atau panik.
Menurut dia, seperti disiarkan Health, Selasa (25/4) salah satu cara untuk meredamnya adalah dengan mengalihkan perhatian melalui indra pengecapan, penciuman, sentuhan, penglihatan, dan pendengaran.
“Permen asam mengalihkan perhatian kita dengan cepat ke indra perasa, secara intens, yang pada gilirannya meredam amigdala dan memberi akses yang lebih baik ke korteks serebral frontal (bagian berpikir dari otak)," kata Moore.
Hasilnya, bagian berpikir dari otak mengirimkan pesan ke bagian perasaan bahwa tubuh sebenarnya tidak dalam bahaya.
Senada dengan Moore, konselor kesehatan mental John Delony mengatakan sepotong permen asam mungkin cukup untuk mengalihkan seseorang dari lingkaran kecemasan yang tidak ada artinya.
Menurut dia, teknik ini dapat dibuat lebih efektif dengan dengan menambahkan sensasi fisik lainnya seperti menghirup minyak esensial, menggerakkan jari, mendengarkan musik atau memainkan batu kecil.
“Bersama dengan getaran ringan lainnya, ini berguna untuk menarik orang dari pikiran yang berputar-putar," tutur dia.
Namun, permen asam bukanlah obat untuk kecemasan secara umum. Banyak ahli kesehatan mental menganggapnya sebagai perbaikan jangka pendek atau bahkan teknik yang tidak sehat.
“Terutama menggunakan makanan manis seperti permen untuk mengurangi gejala panik dapat berkembang menjadi mekanisme koping yang maladaptif,” ujar Moore memperingatkan.
Sebuah studi tahun 2017 menemukan strategi pengalih perhatian paling membantu jika digabungkan dengan latihan penerimaan.
Jika seseorang cemas atau mengalami serangan panik terus menerus, daripada mengandalkan sebungkus permen asam, sebaiknya mencari bantuan dari ahli kesehatan mental. Para pakar mungkin menyarankan dia terapi bicara, pengobatan, latihan mindfulness, atau kombinasi perawatan.
Berbicara dampak permen bagi tubuh, makanan ini dikatakan memiliki indeks glikemik tinggi sehingga dapat menyebabkan lonjakan dan penurunan gula darah yang cepat.
“Ketika Anda mengonsumsi terlalu banyak gula, jumlah protein yang disebut brain-derived neurotrophic factor (BDNF) berkurang. BDNF berperan dalam mengurangi kecemasan dan kepanikan. Jadi, kekurangan BDNF pada akhirnya dapat memperburuk kecemasan dalam jangka panjang," demikian jelas Moore.