Jakarta (ANTARA) - Di balik dinding-dinding kokoh Museum Nasional Indonesia, tersimpan berbagai kisah yang diwariskan dari generasi ke generasi. Bagai gravitasi, beragam pajangan berhasil menarik atensi.
Sayangnya, kisah-kisah yang telah rampung ini masih rumpang.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Museum dan Cagar Budaya Ahmad Mahendra mengatakan bahwa warisan sejarah, seperti arca, prasasti, kitab-kitab, bahkan lukisan merupakan kepingan-kepingan memori Indonesia.
Benda bersejarah tersebut memegang peran penting untuk menyambung kisah dari masa ke masa.
Kisah yang ia maksud tidak sekadar riwayat hidup seorang tokoh, tetapi mencakup perkembangan karya seni, peradaban, hingga perilaku masyarakat.
Oleh karena itu, 472 koleksi benda bersejarah Indonesia yang berhasil dipulangkan dari Belanda akan menjadi pelengkap dari kisah yang masih rumpang.
Pameran repatriasi
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum dan Cagar Budaya akan memajang 472 koleksi benda bersejarah yang berhasil dipulangkan dari Belanda.
Mahendra memperkirakan 472 koleksi tersebut akan tiba di Indonesia pada akhir Agustus 2023.
Museum Nasional menjadi rumah baru bagi 472 koleksi tersebut, termasuk pusaka Lombok. Mahendra menjelaskan pusaka Lombok akan disimpan di Museum Nasional guna menjamin keamanannya.
Terlebih, pusaka Lombok mencakup perhiasan berupa kalung, kotak perhiasan, hingga berlian. Benda bersejarah dengan wujud perhiasan rentan menjadi target kejahatan.
Meskipun demikian, 472 pusaka tersebut akan dipamerkan di pameran repatriasi. Pameran repatriasi akan diselenggarakan pada November 2023. Pameran tersebut direncanakan berdurasi 1 bulan, bersamaan dengan peluncuran Museum dan Cagar Budaya.
Selain koleksi terbaru Museum Nasional, pameran repatriasi juga akan memamerkan keris Pangeran Diponegoro hingga arca Pradnyaparamita.
Kehadiran dua koleksi penting tersebut menunjukkan bahwa repatriasi telah berlangsung sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.
Ia merujuk pada kembalinya arca Pradnyaparamita dari Belanda ke Tanah Air pada Januari 1978.
Dalam rangka mempersiapkan peluncuran MCB dan memamerkan 472 koleksi terbaru, Mahendra memaparkan sejumlah persiapan yang telah dilakukan oleh pemerintah.
Salah satu persiapan tersebut adalah perubahan penataan koleksi di Museum Nasional. Mahendra ingin Museum Nasional menjadi museum yang mengisahkan perjalanan Indonesia sejak zaman migrasi Austronesia, Mongoloid, hingga mencapai masa kini.
Terkait dengan perawatan koleksi, Mahendra juga akan memastikan teknis dan operasional di seluruh museum Indonesia mematuhi standar internasional. Bagi Mahendra, penting untuk memastikan tingkat keamanan hingga pengaturan suhu ruangan selaras dengan standar internasional.
Lebih lanjut, Museum dan Cagar Budaya akan memanfaatkan teknologi modern guna menarik minat generasi muda. Ia merujuk pada penggunaan hologram, immersive art, serta sarana interaktif lainnya yang dapat membuat pengunjung merasa terhanyut dalam atmosfer museum.
Melalui berbagai inovasi tersebut, ia berharap citra museum tak lagi terkesan kuno dan stagnan.
Bagi Mahendra, seluruh museum di Indonesia adalah rumah bagi kepingan memori bangsa ini.
Memaknai kembalinya kepingan memori
Sebanyak 472 pusaka yang semula terkurung di Negeri Tulip, tak lama lagi tiba di Tanah Air. Koleksi benda bersejarah tersebut merupakan visualisasi dari berbagai narasi yang tertuang di dalam buku-buku sejarah.